"The best way to predict the future is to create it" - Peter Drucker
Judul dari tulisan ini adalah kata-kata yang selalu terngiang di kepala saya semasa
saya sekolah dulu. Saya seorang siswi SMK Teknik jurusan Teknik Gambar Bangunan di salah
satu SMKN di Deli Serdang. Sekolah saya lebih umum disebut STM dan
mayoritas muridnya adalah laki-laki. SMK adalah sekolah kejuruan dan setara
dengan SMA, bedanya murid SMK dididik untuk siap kerja. Karena itu pelajaran di
SMK pun berbeda dengan SMA. Di SMK terdapat pelajaran kejuruan yang porsinya
sama dengan pelajaran umum. Bisa dibilang porsi pelajaran umum pada SMK hanya
sedikit bila dibandingkan dengan SMA. Seperti di pelajaran kimia atau fisika,
siswa SMK hanya mempelajari kulit-kulitnya saja. Pelajaran kelas 1 SMA bisa
setara dengan pelajaran kelas 2 SMK. Bahkan disekolah saya tidak ada pelajaran
biologi, tetapi mata pelajaran IPA yang didalamnya mempelajari tentang karya
ilmiah, limbah, bencana alam, dll.
Tapi jangan salah, anak SMK mungkin bisa kalah di
pelajaran umunya, tetapi dalam masalah skill di jurusan masing-masing jangan
ditanya lagi. Selesai sekolah mereka sudah bisa langsung kerja, bahkan sebelum
lulus sekolah sudah ada perusahaan yang mencari. Banyak teman sekolah saya yang
langsung bekerja setelah lulus sekolah. Ada yang sesuai jurusannya
masing-masing namun ada juga yang lari dari jurusannya. Oleh karena itulah
banyak orang yang tidak berniat untuk meneruskan sekolah ke jenjang perguruan
tinggi lebih memilih SMK dan karena itu juga siswa SMK banyak yang merasa takut
untuk mengikuti seleksi perguruan tinggi karena harus bersaing dengan siswa/i
SMA yang pelajaran umumnya jauh diatas kami.
Pola fikir ini pun tidak tercipta dengan
sendirinya. There is an unforgettable moment saat saya bersekolah dulu. Ketika
itu saya duduk dikelas dua belas dan lagi sibuk untuk mempersiapkan SNMPTN. Saat
itu dikelas lagi sharing santai bersama guru dan saya membahas contoh soal
untuk try out SNMPTN di meja saya. Tiba-tiba guru saya berbicara kepada semua
murid “Kalian gak usah terlalu berharap untuk masuk perguruan tinggi negri.
Kita sangat sulit bersaing dengan murid SMA. Cukup sekolah di perguruan swasta
aja sudah bagus.” Deg! Jantung saya mencelos ketika mendengar ucapannya. Cukup
mematahkan semangat pada saat itu, ditambah lagi diantara teman-teman sekelas
saya hanya satu dua orang saja yang sangat berniat untuk lolos ke perguruan
tinggi negri dengan segala persiapannya. Tapi setelah itu saya merasa apa yang
dikatakan guru saya tidak benar. Saya seharusnya menjadikan itu sebuah motivasi
dan saya harus bisa membuktikan kalau itu adalah pernyataan yang tidak tepat.
Dan puji Tuhan akhirnya saya bisa, saya berhasil lulus di salah satu perguruan
tinggi negri di Bali jurusan Arsitektur. I wanna share about it and i hope it
can be such a good example how to prepare SNMPTN.
-You have to get up every morning and tell yourself "I CAN DO THIS!"
Bimbel oh Bimbel
Yap, bimbel a.k.a bimbingan belajar. Pasti banyak
siswa yang mempersiapakan dirinya dengan bimbel. Banyak bimbel yang bertebaran
sekarang ini. Dari yang murah sampai yang mahal, dari yang tidak bergaransi
sampai bergaransi, dari yang kecil sampai yang besar dan dari yang terkenal
sampai tidak terkenal. Tempat bimbel ku sendiri merupakan bimbel kecil dan
tidak terlalu terkenal. Murid kelas dua belasnya hanya sekkitar 60 orang (4
kelas). Tentornya juga tidak banyak, cukup 2 atau 3 untuk satu mata pelajaran.
Tapi yang terpenting bukan kuantitas, melainkan kualitasnya.
Saya mulai bimbel sejak kelas 12 semester pertama.
Hari pertama belajar rasanya menyedihkan sekali. Teman sekelas saya semuanya
berasal dari SMA swasta yang cukup terkenal dan sudah mulai bimbel dari kelas
10 atau 11. Pelajaran petamanya pun matematika dengan topik integral.
Medengarnya saja saya tidak pernah, apalagi mempelajarinya. Tentor menjelaskan
teori dasar dengan cepat karena teman-teman saya sudah mempelajarinya dari
kelas 11 akhir. Baru 15 menit kelas berjalan, kepala saya sudah pusing melihat
simbol-simbol yang lebih mirip cacing kepanasan dibandingkan soal yang harus
dipecahkan.
Namun sepertinya tentor saya mengerti akan hal
itu. Beberapa kali dia bertanya ‘mengerti?’ kepada semua murid namun matanya
tertuju pada saya. Dan saya tidak tahu harus menggeleng atau mengangguk.
Pelajaran selanjutnya pun tidak kalah mengerikan. Fisika, kimia semuanya diluar
jalur. Terlebih lagi biologi -saya tidak pernah belajar biologi selama 2 tahun
saya di SMK -saya buta dan hanya bisa mengingat pelajaran SMP saja. Hanya pelajaran
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang
terikuti. Saat itu yang ada di benak saya hanya satu kata, MENYESAL. Ya,
menyesal. Saya ingat ketika dulu saya sangat santai tidak belajar dan orang tua
saya menyuruh untuk mempelajari buku-buku pelajaran SMA kakak saya. Itu pernah
saya lakukan tapi hanya bertahan 3 hari saja.
Lama-kelamaan keadaan pun membaik. Saya sering
berdiskusi satu atau dua jam dengan tentor setelah pelajaran dikelas selesai.
Ini juga salah satu kelebihan bimbel kecil yaitu muridnya tidak terlalu banyak
dan tidak perlu menunggu lama giliran untuk berdiskusi. Tentor mengatakan harus
belajar dari dasar dulu. Pondasi untuk teori itu sendiri harus kuat agar bisa
mengerjakan soal. Saat itu jadwal bimbel masih 3 kali seminggu, tapi kita bisa
datang kapan saja untuk berdiskusi. Bimbel juga sering mengadakan try out
SNMPTN ataupun UN, saya juga terkadang mengikuti try out dari luar bimbel
walaupun hasilnya masih sangat kurang.
Satu bulan sebelum SNMPTN –sudah selesai UN-
dibukalah kelas intensiv. Kami belajar setiap hari, kelas mulai dari jam 9 pagi
sampai sore. Bahkan seringkali dilanjut dengan diskusi sampai malam. Tempat
bimbel sudah seperti rumah kedua bagi ku pada saat itu. Kalau sudah jenuh
terkadang kami bernyanyi dan main gitar. Pernah selagi menunggu giliran untuk
diskusi, kami membuat kelompok belajar sendiri disuatu kelas dan kami juga yang
menjadi tentornya. Pernah juga beberapa murid tidak ingin pulang karena lagi
seru mengerjakan soal matematika dan membuat tentor yang melihatnya tidak jadi
pulang. Tidak tega melihat begitu semangat murid-muridnya belajar dan akhirnya
menemani kami sampai selesai.
Belajar di Rumah
Selain belajar di tempat bimbel, kita juga harus
belajar saat di rumah. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Belajar
memang menyakitkan, tapi jangan tanya apa rasanya kalau kita berhasil
mendapatkannya. Manfaatnya pun tidak hanya didapat saat di bimbel saja. Kalau
murid SMK seperti saya, pelajaran disekolah tidak terlalu sulit lagi karena
pelajaran di bimbel sudah selangkah lebih maju. Pada saat teman-teman saya baru
belajar integral (kelas 3 semester 2), saya sudah mengerti lebih dulu. Jangan
lupa juga untuk tetap membahas soal ya. Bank soal dan soal-soal SBMPTN yang
tahun-tahun lalu sangat berguna untuk melatih kita. Ada baiknya kalau kita
menentukan target belajar. Misalnya satu hari harus membahas minimal 10 soal per
mata pelajaran, atau minimal 2 jam dalam sehari disisihkan untuk belajar.
Try Out dan Try Out lagi
Try out juga bermanfaat untuk mengukur kemampuan.
Sering-sering saja ikuti try out, baik yang akbar ataupun yang tidak. Di daerah
saya try out akbar digelar di suatu hall yang dapat menampung beribu-ribu
orang. Peserta try out pun datang dari mana saja. Hal ini melatih kita terbiasa
dengan keadaan ujian dan dengan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.
Setelah try out juga kita bisa melihat nilai yang kita peroleh dan kunci
jawaban dari try out tersebut. Bila masih ada materi yang tidak dimengerti dari
try out bawa lagi ke tempat bimbel dan diskusikan dengan tentormu. Dulu saya
sangat lemah di bidang IPA. Pada saat bimbel saya mengadakan try out, nilai TPA
saya bisa masuk dalam peringkat tiga besar dan nilai dasar di peringkat
pertengahan. Namun ketika nilai IPA, nama saya bisa berada diurutan tiga
terbawah. Tapi saya tidak menyerah dan mempersiapkan strategi untuk itu.
Misalnya mengoptimalkan bagian dasar dan mengosongkan jawaban apabila ragu-ragu
pada bagian IPA (jawaban yang salah mengurangi nilai) dan juga memilih
perguruan tinggi yang bisa kita raih dengan nilai kita.
Intinya hanyalah JANGAN MALAS. Perjuangan untuk
perguruan tinggi negri hanya beberapa bulan saja dan jangan sia-siakan itu.
Mungkin banyak orang berfikir kalau tahun depan ada kesempatan bila gagal, tapi
semangatnnya pasti akan berbeda. Kalau kita tahu bahwa pengetahuan kita akan
materi ujian SMPTN sangat minim, maka kita harus lebih giat dari murid-murid
SMA. Kita juga harus mengetahui strategi memilih kampus dan jurusan pada saat
kuliah nanti. Juga strategi untuk mengerjakan soal ujian. Mulai sekarang ayo
buka buku kalian, belajar lebih giat dan berhentilah untuk selalu
menunda-nunda. Semoga tulisan saya ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman
SMK yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi negri. SMK BISA!!!
Selain bimbel ada juga hal yang membuat perjuangan
mempersiapkan diri untuk SNMPTN lebih terasa. Pada saat itu saya mengikuti LKS
(Lomba Keterampilan Siswa) bidang Autocad mewakili sekolah dan daerah saya. LKS
itu sendiri adalah lomba yang diikuti siswa/i SMK sesuai jurusannya. Lomba ini
terdapat dalam beberapa tingkat yaitu tingkat sekolah, kota/kabupaten, provinsi
dan akhirnya nasional. Oleh karena itu saya berusaha untuk membagi setiap waktu
saya. If you want to know about it, check my next post out!