let's go get lost

God is So Good!



Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobali melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kapadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya. – 1 Korintus 10:13

Aku mengangkat kepalaku dari alkitab pada sesi pembacaan epistle, tersadar bahwa Tuhan sedang memberikaku kekuatan melalui kitab Korintus yang baru saja kubaca. Ku hela nafas berat, sesak. Jujur saja, minggu pagi ini terasa berat. Sangat berat sampai-sampai takut menghadapi hari esok. Satu tujuan datang ke gereja kali ini hanya untuk menenangkan diri dari masalah yang sedang menghadang jalan, berharap mendapat ketenangan hati dari Sang Pencipta. Lalu ketika pemimpin ibadah mengajak berdoa, kupanjatkan doa dengan khusyuk dan sungguh-sungguh, kusampaikan semua kekhawatiran dan ketakutanku, tanpa sadar air mata mengalir di pipi.

Mungkin bagi seseorang, pangan menjadi masalah hidupnya. Tetapi bagi orang yang lain, bukan pangan melainkan sandang. Satu hal yang penting adalah bagaimana kita menyerahkan segala masalah kita kepada Tuhan dan datang kepadaNya. Iman mendatangkan pengharapan. Dan ketika pengharapan itu ada, masalah kita hilang saat itu juga. Mungkin orang lain akan bersusah hati ketika menghadapi masalah yang sama, namun orang yang berpengharapan tidak. Ia tetap bersukacita walaupun tahu masalah tetap ada, karena yakin Tuhan akan menguatkan dan menolongnya.” Khotbah Pendeta yang diambil dari Yesaya 55 : 1-9 terngiang di kepalaku.

Tertegun, aku merasa Tuhan berbicara secara pribadi lagi, kali ini melalui Pak Pendeta. Aku menghela nafas untuk kedua kalinya. Ah, betapa baiknya Tuhan itu. Bahkan disaat aku jauh dariNya pun, Dia masih mau berbicara kepada anaknya yang berdosa ini. Saat aku menduakanNya dengan hal-hal duniawi, Ia masih mau menegur dan mengingatkan. Mungkin cobaan ini hanyalah caraNya untuk meruntuhkan kesombongan tentang anggapan ‘aku baik-baik saja tanpa dekat dengan Tuhan’. Atau memberi kesadaran untuk segera menyendengkan telinga kepada perkataanNya, “Jangan khawatir!”

Peristiwa ini membuatku merenungkan hal lain. Seberapa mau kita tetap disiplin dalam doa dan saat teduh saat kita berada di zona nyaman? Kesombongan membawa kita terbang jauh dari Tuhan, melepaskan genggaman tangan kita dari genggaman tanganNya yang selalu menggenggam kita erat.

Melalui perkataan-Nya pagi ini muncul rasa rindu untuk kembali intim denganNya. Ku panjatkan permohonan maaf karena baru datang disaat sedang berada diposisi bawah roda kehidupan. Ku naikkan syukur untuk segala hal yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk. Sambil memohon kekuatan dari Tuhan, aku membuka mata dan merasa hati lebih tenang. Lega. Berpengharapan. Mungkin hari esok akan menjadi lebih buruk, tapi aku tahu Tuhan siap menolongku.

“Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKu; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.” Yesaya 55 : 3

Terima kasih Tuhan, Engkau sungguh baik.



sumber gambar : quotlr.com
Share:
Read More

Kopi dan Arsitektur



Huah, akhirnya bisa nulis juga. Pertama, perkenankan saya meminta maaf untuk tulisan Virtual Trip to Nusa Penida yang belum selesai, padahal deadlinenya Februari kemarin, huhuuu. Kedua, permintaan maaf untuk diri sendiri yang ga nepatin janji untuk nulis dan posting di blog ini minimal sebulan sekali. I had missed the March one. Alasannya? Kalian akan tahu setelah membaca habis tulisan ini.

Beberapa minggu yang lalu, sebuah pikiran tercetus dikepala saat menonton iklan produk kopi di TV. Iklan kopi dengan jargon “Lebih Berani Kopi” ini hadir dengan model seorang arsitek yang kehilangan semangat dan fokus. Dengan gantengnya arsitek tersebut menyeruput kopi sambil berkata “Langsung melek!” dan kemudian lanjut kerja lagi. Iklan-iklan yang begini selalu dikaitkan dengan arsitek.

Setelah dilihat-lihat lagi, salah satu iklan produk vitamin penambah tenaga juga memakai profesi arsitek sebagai modelnya, iklan produk minuman isotonic juga. Kim Do Jin, arsitek -ganteng-dan-cool-tapi-lucu dalam film A Gentleman’s Dignity juga terlihat beberapa kali meminum semacam vitamin C yang dilarutkan ke dalam air. Mungkin untuk menjaga badannya tetap vit (kalo contoh yang ini berdasarkan pengamatan dan pendapat pribadi sih. Btw, drama korea ini recommended banget untuk ditonton. Lucu lucu romantic gimana gituuu, hehe)

Sebegitu melelahkannya kah menjadi seorang arsitek? Tidak tahu, karena aku sendiri belum menjadi arsitek. Tapi kalau ditanya sebagai mahasiswa arsitek, jawabannya adalah ya, cukup melelahkan. Terutama pada saat masa studio Tugas Akhir (TA) seperti yang sedang dijalani saat ini. Bisa dibilang masa studio TA itu seperti proses persalinan ibu-ibu yang sudah bukaan 9, puncaknya dari rasa semua rasa sakit selama persalinan. Rasanya paling sakit jika dibandingkan dengan studio-studio sebelumnya, hehe..

Bayangkan saja, pada periode TA kali ini, kita harus stay selama 43 hari di kampus dari jam 07.30-17.30 dari Senin sampai Sabtu. Kita juga harus gambar, asistensi, revisi, lalu gambar lagi, asistensi lagi dan revisi lagi. Belum lagi setiap 2 minggu sekali ada evaluasi yang pengumpulannya harus tepat waktu. Dengan banyaknya gambar kerja yang harus dibuat, malam harinya sepulang studio pun harus lanjut begadang demi terpenuhinya setiap materi yang ada di form nilai. Makin menghitam kantong mata adek, bang. Menulis pun tak sempat. Tapi ada juga sisi positifnya, selama masa TA ini banyak yang berkomentar "Kok kamu makin kurus ya Vi?" Horeeee..!!

Untuk mencapai sebuah gelar sarjana memang dibutuhkan kerja keras. Tentu saja ini bermanfaat untuk mempersiapkan kita menjadi seorang arsitek nantinya, paling tidak melatih mental dan disiplin saat bekerja sama dengan rekan kerja atau menghadapi client. Apalagi umumnya salah satu syarat untuk bekerja dibidang arsitektur adalah ‘mampu bekerja dibawah tekanan’. Ternyata sakitnya tuh ga berhenti sampai disini.

Tak heran banyak orang yang menganggap jurusan arsitektur jurusan yang keras, lebih banyak mahasiswa cowok daripada ceweknya. Mungkin image ini juga yang mempengaruhi iklan dan film diatas. Tidak heran juga kalau secangkir kopi bisa jadi teman terbaik mahasiswa arsitektur, terutama untuk yang matanya sudah merem melek pengen tidur tapi gambar belum selesai dan batas pengumpulan tugas tinggal 6 jam lagi, atau untuk yang lagi suntuk dan membutuhkan ide segar. Seperti iklan di atas, langsung melek! Lalu bagaimana dengan nasib mahasiswa yang ga bisa minum kopi -seperti saya-? Kopi bukannya membuat melek tapi malah membuat deg-degan. Ah, apa daya. Dear kopi, mungkin kita tidak dijodohkan untuk menjadi teman baik.



sumber gambar : lifestyle.dreamers.id 
Share:
Read More