let's go get lost

Katanya Nulis itu Dipraktekkin



source : tumblr.com
Haloo..  Long time no share my story with you all whoever read this blog guys! Sekarang aku mau cerita tentang hoby menulis yang tidak sering aku lakukan (?). You know, aku mulai 'mencoba' menulis dari kelas 3 SMK dan mulai lebih sering lagi ketika memasuki kuliah. Saat itu aku menulis tentang apa saja di blog ini dan di halaman kompasiana. Tidak ada target tertentu untuk menjadi penulis profesional atau apa, yang jelas aku hanya ingin menuangkan kata-kata yang terus melayang dipikiran ku sehabis membaca, melihat atau memikirkan sesuatu.

Achievement pertama yang aku dapat dan bikin aku makin semangat nulis yaitu ketika tulisan di blog ini yang aku share ke facebook di share kembali oleh orang lain. Walaupun yang nge-share cuman 2 orang dan mereka adalah ibu dan bapak saya, tapi rasanya senang sekali haha

Setelah itu, aku menulis tentang perjalanku ke Trunyan di akun kompasiana. Sebuah desa di Bali yang terkenal dengan kuburannya yang unik. Bermaksud untuk memperkenalkan tempat wisata dan menceritakan pengalaman, ternyata tulisan tersebut menjadi headline di beranda Kompasiana. WOW! Rasanya senang minta ampun, ketika banyak orang yang membaca tulisan kita dan memberi komentar bahkan berdiskusi.

Selanjutnya, ketika di Bali lagi nyepi, aku menulis dan kembali mempostingnya di kompasiana. Menurutku artikel itu merupakan artikel yang pas pada waktunya dan tidak semua orang sedang mengalami hari Nyepi yang sangat sepi di Bali. Dan benar saja, tulisan tersebut menjadi headline lagi.

Selain mencoba menulis artikel, aku coba menulis cerpen. Karena, to be honest, setiap moment yang ada di hidupku entah kenapa selalu menghasilkan khayalan-khayalan konyol, mungkin karena terlalu sering membaca novel atau nonton film. Misalkan saja saat aku dalam perjalanan ke Jakarta untuk lomba desain bersama beberapa teman. Saat itu kita baru turun dari pesawat dan harus naik bus untuk mencapai bandara. Ketika bus datang, aku naik dan segera mencari tempat duduk. Selagi menuju tempat duduk, seketika juga sang supir langsung menarik gas, alhasil aku linglung dan jatuh terjerembap ditengah-tengah penumpang, menabrak bule yang ternyata ganteeeng banget. Dia bertanya 'are you okay?' dan selanjutnya kita ngobrol, dia bantuin bawain koper ku, tukeran contact dan akhirnya berpaca.. Oke, lupakan. Itu hanya salah satu khayalan pada saat di bus bandara. Dan yaa, begitulah. Kalian bisa baca beberapa cerpen yang ada di blog ini.

Hoby ini pun mempengaruhi kegiatan akademis ku. As you all know guys, aku kuliah mengambil jurusan arsitektur. Tapi sepertinya menulis lebih mengasyikkan dari pada mendesain bangunan. Teringat ketika dosen yang membimbingku ketika membuat tulisan ilmiah sebanyak 20 halaman untuk perlombaan mawapres yang hanya ditulis dengan waktu dua hari. He said that aku memiliki potensi disini. Hmmm, that's one of things yang sampe sekarang bikin aku bingung banget mau kemana selesai kuliah nanti.

And achievement terbesar yang aku dapatkan adalah ketika berhasil meraih juara 1 dalam lomba menulis artikel mahasiswa yang diselenggarakan oleh LKPP di tahun 2015 ini. WOW! Untuk cerita yang satu ini kalian bisa liat di tulisan ku berikutnya. Yeahh, walaupun diluar sana masih banyak orang yang pastinya mempunyai nilai lebih dalam hal menulis, tapi menurutku i do what i love, and i love what i do. Apakah ini pesan dari Tuhan untuk menunjukan passion ku? Nobody knows!
Share:
Read More
,

Welcome August, Welcome KKN, Welcome Nusa Penida, Welcome Holiday!


Bagi anak kuliah seangkatan ku, umumnya tahun ini semester ini adalah masa-masa KKN. KKN yang merupakan kependekan dari Kuliah Kerja Nyata adalah bentuk kegiatan pengabdian universitas dimana seluruh mahasiswanya akan menghabiskan waktu sebulan penuh di desa-desa. Di universitas Udayana, KKN 2015 kali ini melibatkan sekitar 97 desa yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Bali. Mahasiswa diberi kesempatan untuk memilih desanya sendiri sesuai kuota yang telah ditentukan oleh LPPM.

Aku sendiri memilih untuk menjalani kegiatan KKN di Nusa Penida Desa Batu Nunggul. Alasannya? Karena tempat ini jauh dari Bali namun perjalanan yang dilakukan sangat singkat. Hanya 45 menit dari pelabuhan Sanur. Selain itu daerah Nusa Penida yang masih belum terjangkau banyak wisatawan pasti menyuguhkan tempat-tempat wisata yang luar biasa indahnya. Sambil menyelam minum air, sambil KKN kita liburaaaan!! Buktinya baru 2 hari berada di Nusa Penida kita sudah disuguhkan view dan natural intifity pool yang kereeen banget, terletak di daerah Pasih Uug. Tenang saja, tempat wisata ini pasti akan ku tulis di postingan selanjutnya.

Hidup sebulan dengan 21 mahasiswa lainnya yang belum dikenal sama sekali sebelumnya, berbeda-beda fakultas dan jurusan, berbeda latar belakang dan budaya memang tidak mudah. Tapi sejauh ini aku bersyukur ditempatkan di tengah-tengah teman-teman yang seru dan lucu-lucu. Contohnya pagi ini. Sesaat aku menulis ini, Gung Jo (anak teknik berkulit agak gelap, muka sangar khas anak teknik dengan rambut gondrongnya) sedang mengepang rambut Audi (cewek bertubuh mungil, putih) yang ternyata juga sedang mengepang rambut Edes (cewek paling energic yang pernah kukenal. Ga bisa diam dan tergila-gila dengan Bernard (cowok yang paling besar badannya diantara teman-teman, kordes pilihan LPPM yang katanya dipilih karena ukuran bajunya paling besar), bayangkan saja sangkin ga bisa diamnya setiap pagi dia yang rajin teriak-teriak selamat pagi. Pagi ini saja dia lompat-lompat kesana-kemari sambil nyanyi lagunya Tasya yang 'Libur T'lah Tiba'), lalu ada Yueka (cewek kalem jurusan sastra Jepang, dan pinter bahasa Jepang) yang sedang nyapu, cowok-cowok lainnya yang lain ketawa-ketiwi ada yang main gitar ada yang main Uno, ada yang masih tiduran, dan ada yang lagi nyuci piring dan masak karena mendapat giliran piket memasak hari ini.

Semua melakukan kegiatannya masing-masing dengan asyiknya dan Edes masih dengan suara berisiknya. Sangkin berisiknya teman-teman yang cowok sampai menangkapnya. Mengikat tangan dan kakinya dan mengikatnya di tiang bale bengong. HAHAHA. Lalu mereka dubsmesh dengan lagi Tasya yang dari tadi di nyanyiin Edes sambil lompat-lompat. Ada-ada saja.

Yaah begitulah keadaan pagi ini dari posko KKN Desa Batu Nunggul. Sebulan disini pasti akan ada banyaaaak cerita. Semoga sebulan kedepan semua program kerja dan rencanan jalan-jalan berjalan dengan baik. Ini cerita dari poskoku, ceritamu bagaimana? :D
Share:
Read More

Belajar Mencukupkan Diri

sumber : www.hipwee.com

Hari ini tanggal 22. Tersisa 8 hari lagi sebelum bulan Juli di tahun 2015 berakhir. Uang yang tersisa di dompet tinggal selembar uang sepuluh ribuan dan tiga lembar uang lima ribuan. ATM? Jangan tanya, saldo di ATM sudah tidak bisa ditarik lagi, bahkan untuk beli pulsa saja tidak bisa. Jangankan berfikir untuk nabung, untuk makan saja mikir. Dan biasanya kiriman tidak datang persis di awal bulan. Hufft. Mungkin setiap anak kos pernah mengalami hal ini, mengutuki akhir bulan lalu memuja awal bulan berikutnya. Sama seperti bulan-bulan sebelumnya.
Akhir-akhir ini, kondisi seperti diatas membuatku berfikir. Kenapa rasanya susah sekali untuk mengatur keuangan? Kenapa susah sekali untuk tetap mempunyai uang yang cukup di tanggal-tanggal tua? Padahal uang kiriman dari orang tua sudah cukup banyak. Makan, bensin, pulsa, jajan, semua sudah ada jatahnya masing-masing. Bahkan kakak ku yang terkadang mendapat uang tambahan -yang juga cukup banyak- dari hasil daily workingnya juga masih merasa kurang. Mungkin benar kata orang, semakin banyak pemasukan, keinginan dan pengeluaran juga semakin banyak. Hmmm..
Hal ini tetap mengganggu fikiranku sampai beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah artikel yang di share teman di dindingnya. Berikut postingan yang bersumber dari http://mulfu.blogspot.com
Deni adalah seorang copywriter di sebuah biro iklan lokal. Teman- temannya mengatakan bahwa Deni sedang kesulitan keuangan. Kok tahu? Ya taulah. Karena setiap kali kekurangan uang, Deni selalu sibuk meminjam uang sana sini. Beberapa temannya ada yang menolak karena setiap bulan dia hampir selalu meminjam uang. Memang, setelah gajian utangnya pasti dibayar, tapi beberapa hari kemudian pinjam lagi. Lama-kelamaan teman-temannya merasa keberatan. Kalau sudah demikian, maka Deni sibuk mencari-cari siapa yang dapat meminjamkan uangnya.
Akhirnya Deni mendapatkan juga uang yang dibutuhkannya dari pinjaman seorang office boy. Sebenarnya Deni malu. Uangnya sudah habis padahal baru tanggal 16. Dia sudah tidak punya uang lagi untuk naik taxi ke kantor dan untuk biaya makan. Ketika dia sedang berkeluh kesah dan bingung, tiba-tiba office boy menawarkan uangnya. Dia tidak sampai hati melihat Deni kesulitan. Deni tadinya menolak karena malu. Masak staf meminjam uang dari office boy?
Tapi orang tersebut benar-benar rela ingin membantunya, sehingga akhirnya Deni menerima bantuannya.
Dalam hati kecilnya Deni merasa sangat malu. Malu sekali!. Tapi Deni terpaksa menerimanya, dia benar-benar tidak punya uang. Keesokan harinya dia ingin mencari office boy tersebut dan mengajaknya berbincang-bincang.
Deni penasaran. Mengapa office boy tersebut bisa punya uang lebih dan bahkan bisa meminjamkan uangnya kepada Deni? Bukankah gaji Deni lebih besar? Mereka sama-sama masih bujangan, belum menikah. Tapi, mengapa office boy tersebut bisa menyimpan uang sedangkan Deni selalu kehabisan uang? Kok bisa? Apa kuncinya?
Siangnya Deni baru mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dan bertukar pikiran. Office boy itu memang sangat istimewa. Dia paling rajin bekerja. Paling tuntas mengerjakan semua tugasnya. Tidak pernah terlambat masuk kerja. Padahal kalau dilihat penampilannya sepertinya biasa saja. Orangnya sederhana, agak kurus dan sopan, tapi tidak terkesan menjilat.
Sambil makan siang bersama di warung sebelah, Deni mulai menggali kunci sukses menyimpan uang yang dilakukan office boy tersebut. “Bagaimana caranya sih, kok bisa mempunyai uang lebih? Gaji saya selalu habis setelah tengah bulan.” Deni membuka percakapan.
Office boy tersebut mulai bercerita. “Saya dulu juga begitu, mas. Gaji saya selalu habis sebelum akhir bulan. Akhirnya saya terpaksa meminjam dari teman. Tapi setelah meminjam, rasanya gaji saya semakin tidak cukup. Karena setiap kali gajian, saya harus mengembalikan uang yang saya pinjam di bulan sebelumnya.
Jadi uang gaji saya berkurang. Akibatnya saya semakin kekurangan mas. Gaji utuh saja tidak cukup, apalagi setelah dipotong untuk membayar utang. Ya, semakin berkurang lah mas. Semakin lama, utang saya semakin banyak”
Benar juga, pikir Deni. Pikiran yang sederhana tapi mengandung kebenaran karena seperti itulah yang dialaminya. “Jadi bagaimana caranya melepaskan diri dari lilitan utang?” tanya Deni.
Waktu itu saya diajari oleh nenek saya. Saya pernah pulang kampung tanpa membawa uang banyak. Waktu itu nenek saya bertanya kemana gaji saya. Saya bilang sudah habis. Langsung saya dipanggil dan diberi wejangan oleh beliau.”
Nenek saya berkata: “Uang itu seperti air. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kalau tidak dibendung, maka air akan mengalir terus. Seperti sungai. Harus dibendung. Setelah dibendung, maka uang akan berhenti mengalir dan akan mulai bertambah banyak.”
Kunci Hidup Prihatin.
Waktu itu saya bertanya: “Bagaimana cara membendungnya? ” Nenek saya menjawab tegas:”Prihatin. Bulan depan jangan utang lagi.”
“Tapi nanti kurang nek.”
“Tidak”, kata nenek. “Begini caranya. Begitu terima gaji, segera lunasi utangmu. Sisanya harus dicukupkan untuk sebulan. Jangan utang. Kamu jangan makan di luar atau jajan. Kalau perlu makan nasi putih dan garam, kecap atau kerupuk saja. Pasti cukup.” Lalu saya diajak menghitung berapa uang yang harus saya sisihkan untuk ongkos, berapa untuk beli beras, garam, kecap dan kerupuk, dan lain-lain.
Nenek benar-benar meminta saya hidup secara prihatin. Saya tidak boleh naik ojek lagi. Dari rumah saya harus berjalan kaki ke jalan raya tempat saya naik angkutan umum. Pulangnya juga tidak naik ojek karena ojek cukup mahal. Uang saya memang pas-pasan untuk hidup ngirit seperti itu. Tapi memang cukup sih.”
“Bulan depannya, saya disarankan untuk melanjutkan hidup seperti itu. Bulan depannya, uang gaji saya sudah mulai ada yang bisa saya sisihkan untuk ditabung.
Bulan ketiga saya mulai makan lebih banyak demi menjaga kondisi tubuh saya, bukan lagi dengan garam dan kecap. Tapi dua bulan hidup sederhana telah membuat saya tidak ingin beli apa-apa lagi. Makanan saya cukup sederhana saja. Saya tidak lagi suka jajan. Saya tidak pernah naik ojek lagi. Dari situlah saya mulai bisa menabung mas. Sampai sekarang.”
Deni bertanya:”Boleh tahu berapa tabungan kamu? Tapi kalau kamu keberatan menjawab, tidak apa-apa. Tak usah dijawab.” 
“Tidak apa-apa mas. Tabungan saya hampir empat puluh juta rupiah. Saya ingin menabung untuk biaya pernikahan saya tahun depan Mas.”
Deni hanya bisa terharu. Yang penting niat. Kalau mau ngirit, pasti bisa. Mengapa uangnya habis terus? Karena pengeluaran Deni cukup besar. Padahal sebenarnya bisa dikurangi. Tapi Deni cenderung memanjakan dirinya. Dia selalu memilih naik taxi. Makan siang selalu di luar, tidak pernah mau membawa nasi atau makanan dari rumah. Pengeluarannya jauh melebihi gaji yang diperolehnya.
Rasa haru campur malu membuat Deni bertekad mengubah cara hidupnya. Dia juga ingin membendung uang yang dimilikinya. Dia takkan membiarkan uangnya mengalir terus. Harus segera dibendung. Mulai kapan? Hari ini!

Intinya peihatin dan mencukupkan diri. Yap, MENCUKUPKAN DIRI. Jujur saja, aku merasa malu setelah membaca postingan tersebut. Walau belum pernah sampai mengutang sana-sini, pasti setiap akhir bulan ada saja keluhan yang keluar perkara duit yang kurang. Padahal bukan duitnya yang salah, atau orang tua yang memberi kiriman yang salah, melainkan diri kita sendiri. Sudahkah kita mencukupkan diri selama ini?
Mama selalu saja memberi saran untuk memasak. Uang bulanan juga disesuaikan dengan kebutuhan memasak. Tapi dalam keseharian memasak hanya berlaku 2 atau 3 hari ketika bahan masakan masih tersisa di kos. Setelah itu cari makan diluar. Alasannya banyak. Sibuk lah, tidak sempat memasak lah, atau bosan lah karena hanya bisa masak sayur kangkung dan goreng tempe atau telur, lalu men-iyakan ajakan teman untuk nongtik -nongkrong cantik- sana-sini. Padahal kalau dipikir-pikir, mama yang jauh disana juga kerja dan biasanya masak sayur dan tempe. Tidak setiap hari ayam atau daging terhidang dibawah tudung saji.
Artikel tersebut membuatku sadar bahwa hidup dengan mencukupkan diri itu penting. Bukan hanya perkara makan, tetapi juga keinginan untuk memiliki barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Bukan hanya tentang keuangan, melainkan kesederhanaan.
Jadi, untuk anak kos diluar sana yang mungkin sedang mengeluh ga bisa makan karena ini akhir bulan, mungkin bulan depan kita bisa coba seperti yang dilakukan OB pada artikel diatas. Hidup seadanya dan mulai nabung dari sekarang. Mungkin saja saat kita wisuda nanti, hasilnya bisa dipakai untuk menanggung biaya tiket pesawat orang tua kita, atau lebih-lebih untuk biaya nikah di masa depan. Who knows :D
Share:
Read More

D.I.Y: Experiences Curtain dari Name Tag Bekas



Halo, I'm back! Kalau blog ini adalah sebuh ruangan, mungkin keadaannya sudah berdebu saking lamanya tidak diurus, hehe. That's why sebelum tulisan ini ditulis, aku udah membenahi dan merombak beberapa hal pada blog ini terlebih dahulu, terutama desainnya supaya lebih fresh dan rapi.
 
Oke, back to the topic! Setelah di postingan sebelumnya aku udah nulis beberapa artikel dan cerpen, kali ini aku berniat munculin satu rubik baru, yaitu DIY a.k.a Do It Your Self. Yang akan dibahas adalah step by step untuk bikin kreasi EXPERIENCES CURTAIN yang terbuat dari name tag bekas.

Sebagai anak muda atau mahasiswa yang aktif, kita pasti sering mengikuti beberapa event kampus atau di luar kampus. Bisa sebagai panitia atau peserta. Setiap event biasanya mengharuskan orang yang berpartisipasi di dalamnya memakai satu hal : NAME TAG. Name tag ini biasanya berupa identitas diri yang dipakai selama event berlangsung.

Yap! Hanya dipakai selama event berlangsung. Lalu setelah event selesai? Apakah langsung dibuang? Menurutku dan kakakku, name tag bekas ini sayang kalo di buang, alasannya sih kenang-kenangan. Apalagi kalau event tersebut tidak ada piagamnya, name tag bisa jadi bukti kalo kita berpartisipasi. Selain itu, name tag bekas pakai yang banyak ini juga bisa dimanfaatin untuk memperkeren kamar kamu dengan menyusunnya sebagai tirai di jendela kamar. Let's check the steps out! 

STEP 1 :
Alat yang diperlukan tidak banyak, hanya name tag bekas dan tempat menggantung curtain yang akan dibuat (dalam postingan ini curtain akan digantung pada jeruji jendela). Kumpulin semua name tag bekas yang kamu punya. Bentuk name tag dan cara pemakaiannya sangat beragam, tapi untuk DIY kali ini kita pakai name tag dengan tali yang biasa dikalungkan di leher ya guys.


STEP 2 :
Ambil salah satu name tag bekas dan luruskan talinya. Bila terdapat tulisan pada tali name tag pastikan tali tidak terbalik agar tulisan dapat terlihat.


STEP 3 :
Letakkan ujung tali name tag bekas pada jeruji besi dari bagian belakang atau bagian depan. Langkah ini nantinya akan menentukan bentuk simpul tali. Pastikan kamu konsisten melakukannya ke semua tali supaya simpul yang dihasilkan lebih rapi.


 STEP 4 :
Masukkan name tag dan sisa tali diantara kedua ujung tali yang sudah diletakkan pada jeruji besi untuk membuat simpul.


STEP 5 :
Tarik sisa tali name tag hingga membetuk simpul dan name tag dapat tergantung pada jeruji besi.


STEP 6 :
Susun lalu lakukan hal yang sama pada name tag yang lainnya, dan TADAAA..



Experience Curtain kamu sudah jadi! Ada baiknya tali name tag disusun warna-warni pada jeruji besi supaya lebih menarik. Selain pemanfaatan barang bekas, kreasi ini juga bisa jadi semacam wujud nyata dari CV kamu lohh. Bagi kamu yang belum mempunyai banyak name tag bekas, mungkin kamu bisa mulai mengumpulkan dan menyusunnya mulai dari sekarang. 

Semakin banyak name tag yang kamu punya, semakin aktif dan banyak kegitan yang kamu ikuti dan semakin keren jendela kamar mu. Selamat berkreasi ya guyss, semoga tulisan ini menginspirasi kita untuk lebih kreatif. Feel free to leave your comments :D















Share:
Read More
,

Hujan Orang Mati

Hujan Orang Mati
Sebuah cerpen karya Violeta Charisma Saragih





”Empat jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia ditemukan. Tim SAR di kapal MGS Survey menemukan empat jenazah korban pesawat AirAsia di Selat Karimata dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Jumat… ”

Seorang gadis, Cira, sedang bersantai menonton TV dikamarnya. Cira mengecilkan volume TV yang sedang menayangkan berita tentang pencarian dan evakuasi korban pesawat Air Asia yang hilang kontak dan jatuh pada akhir Desember lalu. Duka di akhir tahun. Hari yang buruk bagi keluarga korban yang ditinggalkan, pikir Cira seakan mengerti.

Langit cerah pada siang hari itu. Kegiatan kuliahnya telah selesai. UAS dan pengumpulan tugas semuanya sudah beres. Waktunya untuk liburan, tapi entah kenapa hari ini ia tidak berniat kemana-mana. Hanya diam menonton TV di kamarnya. Direbahkan badannya ke kasurnya yang empuk. Siaran TV dipenuhi oleh berita musibah yang menimpa pesawat Indonesia.

Ia membaringkan badannya ke kiri, meraih tablet 10 inch-nya. Terdapat notification di akun BBM. Hanya broadcast message tentang diskon pada online shop temannya. Langsung ditekannya tombol option. End chat. Yes. Tidak penting. Lalu dibukanya recent update. “RIP kak Anita, semoga tenang di sisiNya.” Status salah satu teman SMAnya. Dia kenal orang yang dimaksud, kakak kelas di sekolahnya dulu. Orangnya baik, cantik. Kaget, segera ia membuka facebook. Benar saja, sudah banyak orang yang mengucapkan belasungkawa dan doa di diding akun facebook kak Anita. Meninggal di tempat karena kecelakaan. Ya ampun kak Anita, tragis sekali.

Lalu dibukanya beranda facebooknya. terpampang foto seorang temannya yang sedang menangisi jenazah ibunya. Lagi-lagi tentang kematian. Ya Tuhan. Akhir-akhir ini Cira merasa dekat sekali dengan kematian. Dari semua yang dilihat, didengar dan dialaminya, ia merasa Tuhan bisa mengambil nyawanya kapan saja dan dimana saja. Banyak sekali berita kematian di awal tahun yang baru ini.

Diluar hujan gerimis, namun langit masih cerah dan matahari bersinar terik, hanya terdapat sidikit awan abu-abu menyelimuti permukaannya. Hujan orang mati, pikir Cira. Tiba-tiba ia teringat papanya yang meninggal 2 bulan lalu. Papanya sudah lama terkena penyakit jantung. Ia meninggalkan Cira dan seluruh keluarganya dengan cara mendadak. Cira ingat saat papanya mengeluh pusing dan mual, setelah itu papanya jatuh. Tak berdaya. Satu jam berada di rumah sakit dan papanya dinyatakan sudah pergi. Sedih sekali. Cira serasa kehilangan sebagian jiwanya. Ia sangat dekat dengan papanya. Dan sekarang ia sangat merindukan beliau.

Sudah 2 bulan berlalu sejak kejadian itu. Kejadian yang membuat hidup Cira berubah. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa Cira tak ingin kemana-mana. Ia masih berduka. Biasanya dihari libur begini papanyalah orang pertama yang mengajaknya berpetualang. Sudah 2 bulan berlalu. Rasa rindu sudah menumpuk di dadanya. Ingin sekali ia bertemu dengan papanya, walaupun hanya dalam mimpi. Tapi belum pernah sekalipun papa Cira mampir ke mimpinya.

Hujan bertambah deras, tapi matahari  tetap bersinar terik. Dibukanya galeri foto di tabletnya. Terpampang foto-foto selfie terakhirnya dengan papanya. Hanya ini yang bisa meredakan rasa rindu. Tiba-tiba di depan tempat tidurnya, muncul seberkas cahaya. Makin lama makin besar dan menyilaukan. Cira kaget. Lalu dilihatnya bayangan manusia keluar dari cahaya tersebut. Makin lama semakin jelas. Memakai pakaian putih-putih. Tangan, kaki, postur badan dan wajahnya…

“Papaa!” Cira kaget sendiri mendengar suara yang keluar dari mulutnya. “Papa, kaukah itu?” tanyanya penasaran. Jantungnya berdetak kencang.

“Tentu saja anakku, Cira yang manis” Jawab papanya. Tenang dan damai.

Cira bangun dan memeluk papanya dengan erat. Lalu mengajaknya duduk di tepi tempat tidurnya. “Cira kangen sekali dengan papa. Kenapa papa lama sekali datang?”

“Papa juga kangen sekali dengan kamu, mama dan adik. Tuhan baru menginjinkan papa untuk mengunjungi kalian. Kamu lihat hujan di luar sana? Tuhan sedang menurunkan hujan orang mati” jawab papanya.

“Hujan orang mati? Jadi hujan orang mati itu benar-benar ada? Trus apa hubungannya dengan kedatangan papa?”

“Tuhan akan menurunkan hujan orang mati setiap Ia memanggil tujuh ratus ribu orang dari seluruh dunia. Itulah alasan kenapa papa tidak pernah muncul selama ini. Papa sedang menunggu, Cira. Menunggu saat Tuhan memanggil orang ke tujuh ratus ribu” papanya menjelaskan dengan tenang. Ciara diam menunggu penjelasan selanjutnya.

“Saat jumlah orang yang dipanggil Tuhan genap tujuh ratus ribu, Ia akan menurunkan hujan orang mati dan memperbolehkan setiap orang yang Ia panggil untuk turun ke bumi bersama dengan hujan, bertemu dengan orang-orang yang dikasihinya untuk terakhir kali. Karena pada keesokan harinya, Tuhan akan mengadakan hari penghakiman, apakah orang tersebut masuk surga atau neraka.

Papa beruntung dipanggil Tuhan pada akhir tahun, karena kau tahu Cira? Setiap akhir tahun sepertinya Tuhan lebih sering memanggil umatNya. Kau tahu banyaknya berita kematian akhir-akhir ini? Sepertinya Tuhan mau menyadarkan manusia akan dosa-dosanya dipenghujung tahun, sehingga manusia sadar akan waktu hidupnya dan memakainya dengan baik di tahun yang baru. Biasanya orang yang dipanggil Tuhan harus menunggu 3-5 bulan untuk Tuhan menggenapi jumlah hitungannya. Tapi papa dalam waktu 2 bulan saja sudah bisa bertemu dengan kamu. Beruntung bukan? Hahaha” papanya bercerita dengan riang. Cira tidak mengerti kenapa papanya bisa sesederhana itu melihat kematian.

“Lalu kenapa harus hujan orang mati pa? Hujan dengan matahari yang bersinar terik. Bukankah itu aneh sekali?” Tanya Cira masih tidak mengerti.

“Kau memang anak gadis papa yang masih suka ingin tahu, Cira” Papa Cira mengacak rambutnya dengan sayang. “Kau tahu, saat Tuhan memanggil anak-anakNya, Tuhan tahu itu waktu yang terbaik. Tapi seringkali manusia terlalu bersedih, bahkan banyak yang membenci Tuhan karena mengambil orang tersayangnya. Tuhan hanya ingin sampaikan bahwa dibalik kemendungan  awan, warnanya yang gelap, angin yang kencang, rintik-rintik hujan yang jatuh dan kesedihan yang mendalam, ada pengharapan yang datang dari pada Tuhan. Ada penghiburan seperti terik matahari, yang dapat memulihkan setiap hati orang-orang yang ditinggalkan. Dibalik hujan yang begitu buruk, terdapat sesuatu yang indah dan terang. Itulah rencana Tuhan, Cira. Dia punya rencana yang lebih baik, yang dipersiapkannya untuk masa depan orang yang ditinggalkan. Kau tahu? Matahari tidak akan habis, selalu baru setiap waktu. Bahkan setelah hujan badai sekalipun. Sekarang kau mengerti? Dia hanya ingin mengingatkan umatNya bahwa Tuhan akan selalu ada, tak perduli apapun yang terjadi.”

Cira menggangguk paham. “Berarti Cira tidak boleh sedih lagi karena kepergian papa? Berarti Tuhan punya rencana yang lebih indah untuk Cira? Untuk keluarga kita? Lalu bagaimana Cira tahu papa masuk surga atau tidak? Apakah papa akan mengunjungi Cira lagi?”

“Papa senang kau sudah mengerti, Cira. Papa tidak tahu bisa mengunjungi kamu lagi atau tidak. Papa belum pernah mengalami hal ini, bahkan teman-teman papa diatas sana tidak ada satupun yang tahu. Tapi papa yakin papa masuk surga. Bukankah itu janji Tuhan kepada setiap umat yang setia kepadaNya?” Jawab papa Cira sambil memeluk anak gadisnya yang manis itu. “Sekarang Cira tidak boleh bersedih lagi. Hidup harus berjalan terus. Anak papa harus semangat. Papa juga harus pergi, nak. Tidak banyak waktu yang diberikan Tuhan, sesuai dengan umur yang di berikan Tuhan lalu dibagi sepuluh.”

Ciara mengerutkan dahi “Papa hanya diberikan waktu 5,9 jam?”

“Kau benar gadis pintar. Sekarang papa mau melihat mama dan adikmu dulu. Juga masih ada beberapa pekerjan yang harus papa lakukan. Papa tidak ingin ketinggalan untuk hari penghakiman besok. Papa sayang Cira” Dipeluknya sekali lagi anak gadisnya itu dengan erat. Lalu dicium keningnya.

“Cira juga sayang papa.” Balas Cira. Lalu sedikit demi sedikit bayangan papa Cira menghilang. Tiba-tiba Cira tersadar dia belum mengucapkan terimaksih atas kasih sayang yang diberikan papanya selama hidupnya. Cira ingin meminta maaf kalau ia belum bisa membuat papanya bangga. “Paa.. papa.. jangan pergi dulu. PAPAAAA…!” Cira terbangun. Nafasnya terngah-engah. Dilihatnya ke sekeliling kamarnya. Papanya tidak ada. Dilihatnya tab yang masih tergenggam di tangannya. Ada foto selfie Cira dan papanya. Hhh.. Ternyata hanya mimpi…

Hujan orang mati sudah reda di luar sana. Matahari bersinar terik. Sesekali angin berhembus pelan. Setelah kejadian itu, si gadis tidak pernah bermimpi tentang papanya lagi. Cira menjalankan hidupnya dengan penuh semangat, sesuai pesan papanya. Mungkin pertemuan itu hanyalah mimpi, mimpi yang sangat nyata. Tapi Cira tahu itu cara Tuhan untuk mempertemukan Cira dan papanya.

Hujan orang mati sudah reda di luar sana. Cira yakin papanya sudah tenang, berada di surga dan tersenyum melihat anak gadisnya yang berpengharapan.


2015
Share:
Read More

Penyakit Lama yang Semakin Akut



Pernahkah kamu merasa sedang berada di titik terbawah hidupmu? Menjalani hidup tanpa semangat, merasa jenuh dan semua yang kamu lakukan tidak berhasil? Cukup dijawab di dalam hati saja. Kalau kamu tanya bagaimana dengan aku, aku akan menjawab ya, pernah. Lebih tepatnya sedang. Lagi ku alami. Saat ini. Sekarang.

Ya, sekarang. Aku merasa semangatku menguap hilang begitu saja. Menjalani hidup tanpa rasa syukur. Kenapa tidak bersyukur? Karena aku merasa semua yang kulakukan sama saja, tidak berhasil. Waktu berjalan terus, dunia berlari, sedangkan aku hanya jalan di tempat. Setengah tahun, mmm tidak, satu tahun. Satu tahun tanpa pencapaian yang berarti. Penyakit lama yang dinamakan ‘kebiasaan menunda’ yang aku derita dari lama semakin akut. Membuat semuanya hancur berantakan, menimbulkan kekecawaan dan penyesalan.

Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. 21 hari bisa dikatakan sebagai waktu minimal untuk membangun kebiasaan. Apalagi satu tahun? Penyakit ini seperti suda mendarah daging, menyebabkan IP turun dan kekhawatiran akan beasiswa lepas. Bahkan aku masih tidak mengerti apa yang sudah aku dapat dari kuliahku. Mengejar tanda-tangan dosen atas pemenuhan jumlah asistensi atau nilai tinggi untuk mempertahankan beasiswa atau sekedar gengsi tidak mau melihat teman yang mempunyai nilai lebih tinggi?

Mungkin wajar bila aku ingin kembali setidaknya ke satu tahun yang lau atau saat-saat dimana aku menjadi mahasiswa baru. Dimana semangat dan cita-cita masih menggebu-gebu, tidak ada perasaan tidak bisa ataupun minder melihat dunia disekelilingku. Menikmati waktu bersama tugas, bukan seperti sekarang. Tugas seperti musuh dan beban yang berat. Yang aku anggap harus diangkat, bukan dijalani. Perasaan semua-ini-terlalu-berat dan ketidaksanggupan makin menjadi-jadi. Aku berada di batas kemampuanku.

Inikah namanya semester jenuh mahasiswa? Aku tidak tahu. Bahkan waktu sekolah pun tidak pernah semangatku turun sampai segininya. Aku sempat berjanji pada diri sendiri untuk menjadi orang yang bisa mengendalikan diri, termasuk untuk tidak mencurahkan semua perasaan galau atau keluhan di media sosial terutama status BBM. Tapi yang terjadi sekarang? Rasanya aku tidak semakin dewasa. Atau semakin dewasa tapi dengan pola pikir yang lebih ribet. Rumit. Semakin dewasa semakin rumit. Aku tidak menemukan kesederhanaan dalam diriku. Apakah ini salah satu faktor penyebab ketidakbersyukuran? Aku tidak tahu tapi sepertinya iya.

Bahkan tuisan ini rasanya tulisan yang tidak membangun bagi yang membaca, –maaf sebelumnya- yang bisa dibilang lebih dari status bbm galau atau apapun itu. Tapi dari awal aku menggunakan tulisan sebagai pengganti memori. Memori bagi ingatan jangka pendekku yang tidak dapat menyimpan dengan lama.

Saat menulis ini aku baru saja makan indomie goring plus telur ceplok sambil menonton Mario Teguh. Karena ini tahun baru, temanya pun tentang resolusi di tahun yang baru. Dari program ini aku sadar mungkin aku dalam keadaan stress –oh God, gejalanya sama- dan thanks God aku menemukan solusi untuk diriku, yaitu DOA. Dan solusi dari semua ini sebenarnya ada dalam diri sendiri, bukan kamu atau siapapun. Sebenarnya sudah banyak nasihat, apalagi jaman sekarang kita hidup di mana anak muda lebih mendengar nasihat dari meme ataupun quote di path dari pada nasihat orangtuanya, tapi tetep saja seakan ada sesuatu dalam diri yang menahan dan menunda untuk melakukan sesuatu.

Well, balik lagi ke tulisan-tidak-membangun yang sedang kutulis ini. Sejujurnya ini hanya media untuk mengabadikan momen ini. Momen dimana aku merasa jenuh dan jatuh dalam hidupku, dengan harapan ini tidak akan terulang lagi kedepannya. Karena rasanya lebih berani untuk mengungkapkan melalui kata dan aku bukanlah orang yang terlalu keren atau terkenal, jadi rasanya tidak ada orang yang akan membaca blog ini hanya untuk mengetahui diriku lebih jauh. Dan.. rasanya cukup sampai disini. Mohon maaf bila ocehan panjang ini ngelantur kemana-mana, sesungguhnya itulah yang ada dipikiranku. Selamat malam, aku rasa aku harus segera tidur dan berdoa. Emmn, tidak. Segera berdoa lalu tidur dan besok subuh mulai selesaikan tugas. UAS sudah didepan mata.
Share:
Read More