"Mon. Aku mau diet. Tanya untuk apa?"
Celotehan random siang ini selagi ngotak-ngatik gambar cad.
"Untuk apa?"
"Untuk April nanti. Kamu bantu ya Mon,
ingetin aku supaya bisa nahan makan gorengan ato cake-cake gitu. Masi ada 2 bulan lagi nih." Ku jawab dengan mantap
dan tegas.
"Hahaha.. iyaa iyaa...." Mona hanya
bisa jawab sambil ngakak. Aku yakin dalam hatinya dia tak yakin dengan niat ku
ini. Begitupun aku :P
Tapi entah kenapa, setelah aku mendeklarasikan akan
ber-diet ria demi kebaya pas badan, Alam Semesta pun sepertinya tak setuju dan
bekerja keras untuk membatalkan niatku.
Bayangkan saja, tak lama setelah kata-kata itu
terucap, tiba-tiba Pak Bos yang baru jalan-jalan dari Swiss datang ke kantor. Setelah
sedikit berbasa-basi, dia pun mengeluarkan sebuah benda putih dari tasnya. "Mau,
Vi?" katanya.
Sontak aku langsung melihat benda itu, dan ternyata
makhluk putih itu adalaaahhh..... sebongkah COKLAT bertuliskan Chocolat Cornflakes, Schweizer
Milchschokolade mit Cornflakes/Chocolat au lait suisse avec des corn flakes
Cioccolato al latte svizzero con cornflakes (jangan tanya artinya, karena aku
pun tidak tahu, hahaha).
Yang jelas itu adalah oleh-oleh, sebuah coklat dengan cornflakes, langsung dari Swiss. Huaaa, siapa yang bisa nolak coba? Padahal
beberapa hari sebelumnya si Vivi ini baru dapet coklat dari temennya yang baru
pulang dari Brussels. Tapi yaa... namanya aja coklat ya kan? --> (mencari
pembenaran diri :P)
Seketika itu juga aku langsung menjawab
"Mau pak!" Alam Semesta pun sukses membuatku lupa diet siang itu.
Tak hanya bawa coklat, ternyata Pak Bos pun
membagi-bagikan amplop merah berisi angpao. Rejeki anak soleh memang gak kemana
yaa, hihi.
Akibat baru dapat angpao dan gak masak nasi,
akhirnya pemilihan menu makan siang pun jatuh pada menu yang agak mewah dari
biasa, yaitu nasi lalapan dengan nasi uduk sebagai pilihan nasinya (kalo di
Jakarta disebut dengan nasi pecel. Sampai sekarang masi ga ngerti kenapa
namanya pecel, padahal jelas-jelas ga ada bumbu kacang dan sayurannya).
Kebayang
gak tuh gimana karbo plus lemak dari
santan yang dihasilkan nasi uduk? Padahal biasanya, menu makan siang kita itu
adalah sayur dan lauk dari warteg plus setengah kuk nasi merah yang dimasak
sendiri. Untuk kedua kalinya, Alam Semesta sukses membuatku lupa diet.
Wait, wait.. Belum selesai sampai disitu, guys.
Malamnya, tiba-tiba Mona bertandang ke kamar ku buat bicarain plan nge-trip ke Bandung minggu depan. Ditengah-tengah pembicaraan kita,
tiba-tiba Mona balik ke kamarnya, trus balik lagi ke kamar ku membawa sebuah
kantong plastik. Tebak isinya apa? Isinya adalaaah... GORENGAN!
"Nih Vi, kamu bilang kamu laper kan. Aku
lupa kalo aku punya gorengan." Dia bilang dengan entengnya, padahal baru
tadi siang dia bilang mau bantuin aku diet, huhu.
"Huaaa Mona!!" Aku hanya bisa teriak
tak berdaya. Dan jujur saja, aku memang lagi laper akibat abis googling makanan khas Bandung buat plan jalan-jalan minggu depan. Akhirnya
gorengan tersebut pun mau tak mau terjamah. Dimakan dengan sambel cakalang yang
kita beli dari Mba Mela yang rasanya enak banget. Hmmm... yummyyy! Dan untuk ketiga kalinya, Alam Semesta sukses membuatku lupa
diet.
Kalau Alam Semesta membaca tulisan ini, mungkin
dia akan ngomel, "kenapa jadi aku disalahkan, padahal si Vivi yang tak bisa
berkomitmen? " Atau mungkin dia akan merengut sambil nyanyi lagunya Rhoma Irama "kau yang
berjanji, kau yang mengingkarii....."
Hahahaha, maap yaa Lam, maap. Terkadang manusia
memang suka begitu, rela mengingkari janjinya sendiri demi sesuatu yang membuat
dia bahagia. Walaupun hanya kebahagiaan yang sederhana dan sementara, sesederhana makan
coklat batangan dari Swiss, atau makan siang sedikit mewah dengan lalapan pake
nasi uduk, atau makan gorengan malam-malam pake sambel cakalang.
Well, apalagi yang mau dicari manusia dalam
hidup ini kalau tidak kebahagiaan? Bahkan artikel di Line Today kemarin bercerita kalo mata kuliah kebahagiaan (Psychology and The Good Life) merupakan
mata kuliah paling populer di Universitas Yale. Ada sebanyak 1.200 mahasiswa mendaftar
setelah mata kuliah ini dibuka pada 12 Januari lalu. Walaupun kalau dilihat
dari buku The Purpose of Driven Life, Rick Warren mengatakan bahwa 'tujuan
hidupmu melebihi kebahagiaan dan kenyamananmu', yang artinya masih ada hal yang
lebih penting dari pada kebahagiaan.
Dan terkadang manusia itu juga suka khilaf.
Mereka menyalahkan orang lain atas perbuatannya sendiri, atas keingkaran akan
janjinya sendiri. Padahal kalau kata Nostress (salah satu band indie terfavorit
dari Bali), "Apa yang kita rasa, apa yang kita lihat, apa yang kita
terima, semua karna kita sendirii.... "
Terus sebenarnya inti dari tulisan ini apa? Yaa intinyaaa, kalau mau diet gak usah diumbar-umbar. Jalanin aja, walaupun berat
kamu pasti kuat. Eaaaaak...
Dipublish sambil maskeran
dan makan martabak manis :P
- Maret 2018