let's go get lost

,

Jatuh Hati



Ku sampaikan pada Tuhan
Bahwa ada sebuah nama
Yang mengganggu perasaanku.

Mungkin kita tak saling bicara
Tapi saling bertanya.
Mungkin kita tak saling bertatap
Tapi hati saling terpaut.

Atau mungkin bukan kita,
Hanya aku dan prasangka.


- Jakarta, Maret 2018
Share:
Read More

Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari


"Mon. Aku mau diet. Tanya untuk apa?" Celotehan random siang ini selagi ngotak-ngatik gambar cad.

"Untuk apa?"

"Untuk April nanti. Kamu bantu ya Mon, ingetin aku supaya bisa nahan makan gorengan ato cake-cake gitu. Masi ada 2 bulan lagi nih." Ku jawab dengan mantap dan tegas.

"Hahaha.. iyaa iyaa...." Mona hanya bisa jawab sambil ngakak. Aku yakin dalam hatinya dia tak yakin dengan niat ku ini. Begitupun aku :P

Tapi entah kenapa, setelah aku mendeklarasikan akan ber-diet ria demi kebaya pas badan, Alam Semesta pun sepertinya tak setuju dan bekerja keras untuk membatalkan niatku.

Bayangkan saja, tak lama setelah kata-kata itu terucap, tiba-tiba Pak Bos yang baru jalan-jalan dari Swiss datang ke kantor. Setelah sedikit berbasa-basi, dia pun mengeluarkan sebuah benda putih dari tasnya. "Mau, Vi?" katanya.

Sontak aku langsung melihat benda itu, dan ternyata makhluk putih itu adalaaahhh..... sebongkah COKLAT bertuliskan Chocolat Cornflakes, Schweizer Milchschokolade mit Cornflakes/Chocolat au lait suisse avec des corn flakes Cioccolato al latte svizzero con cornflakes (jangan tanya artinya, karena aku pun tidak tahu, hahaha). 

Yang jelas itu adalah oleh-oleh, sebuah coklat dengan cornflakes, langsung dari Swiss. Huaaa, siapa yang bisa nolak coba? Padahal beberapa hari sebelumnya si Vivi ini baru dapet coklat dari temennya yang baru pulang dari Brussels. Tapi yaa... namanya aja coklat ya kan? --> (mencari pembenaran diri :P)

Seketika itu juga aku langsung menjawab "Mau pak!" Alam Semesta pun sukses membuatku lupa diet siang itu.

Tak hanya bawa coklat, ternyata Pak Bos pun membagi-bagikan amplop merah berisi angpao. Rejeki anak soleh memang gak kemana yaa, hihi.

Akibat baru dapat angpao dan gak masak nasi, akhirnya pemilihan menu makan siang pun jatuh pada menu yang agak mewah dari biasa, yaitu nasi lalapan dengan nasi uduk sebagai pilihan nasinya (kalo di Jakarta disebut dengan nasi pecel. Sampai sekarang masi ga ngerti kenapa namanya pecel, padahal jelas-jelas ga ada bumbu kacang dan sayurannya). 

Kebayang gak tuh gimana karbo plus lemak dari santan yang dihasilkan nasi uduk? Padahal biasanya, menu makan siang kita itu adalah sayur dan lauk dari warteg plus setengah kuk nasi merah yang dimasak sendiri. Untuk kedua kalinya, Alam Semesta sukses membuatku lupa diet.

 Wait, wait.. Belum selesai sampai disitu, guys.

Malamnya, tiba-tiba Mona bertandang ke kamar ku buat bicarain plan nge-trip ke Bandung minggu depan. Ditengah-tengah pembicaraan kita, tiba-tiba Mona balik ke kamarnya, trus balik lagi ke kamar ku membawa sebuah kantong plastik. Tebak isinya apa? Isinya adalaaah... GORENGAN!
"Nih Vi, kamu bilang kamu laper kan. Aku lupa kalo aku punya gorengan." Dia bilang dengan entengnya, padahal baru tadi siang dia bilang mau bantuin aku diet, huhu.

"Huaaa Mona!!" Aku hanya bisa teriak tak berdaya. Dan jujur saja, aku memang lagi laper akibat abis googling makanan khas Bandung buat plan jalan-jalan minggu depan. Akhirnya gorengan tersebut pun mau tak mau terjamah. Dimakan dengan sambel cakalang yang kita beli dari Mba Mela yang rasanya enak banget. Hmmm... yummyyy! Dan untuk ketiga kalinya, Alam Semesta sukses membuatku lupa diet.

Kalau Alam Semesta membaca tulisan ini, mungkin dia akan ngomel, "kenapa jadi aku disalahkan, padahal si Vivi yang tak bisa berkomitmen? " Atau mungkin dia akan merengut sambil nyanyi lagunya Rhoma Irama "kau yang berjanji, kau yang mengingkarii....."

Hahahaha, maap yaa Lam, maap. Terkadang manusia memang suka begitu, rela mengingkari janjinya sendiri demi sesuatu yang membuat dia bahagia. Walaupun hanya kebahagiaan yang sederhana dan sementara, sesederhana makan coklat batangan dari Swiss, atau makan siang sedikit mewah dengan lalapan pake nasi uduk, atau makan gorengan malam-malam pake sambel cakalang.

Well, apalagi yang mau dicari manusia dalam hidup ini kalau tidak kebahagiaan? Bahkan artikel di Line Today kemarin bercerita kalo mata kuliah kebahagiaan (Psychology and The Good Life) merupakan mata kuliah paling populer di Universitas Yale. Ada sebanyak 1.200 mahasiswa mendaftar setelah mata kuliah ini dibuka pada 12 Januari lalu. Walaupun kalau dilihat dari buku The Purpose of Driven Life, Rick Warren mengatakan bahwa 'tujuan hidupmu melebihi kebahagiaan dan kenyamananmu', yang artinya masih ada hal yang lebih penting dari pada kebahagiaan.

Dan terkadang manusia itu juga suka khilaf. Mereka menyalahkan orang lain atas perbuatannya sendiri, atas keingkaran akan janjinya sendiri. Padahal kalau kata Nostress (salah satu band indie terfavorit dari Bali), "Apa yang kita rasa, apa yang kita lihat, apa yang kita terima, semua karna kita sendirii.... "

Terus sebenarnya inti dari tulisan ini apa? Yaa intinyaaa, kalau mau diet gak usah diumbar-umbar. Jalanin aja, walaupun berat kamu pasti kuat. Eaaaaak...


Dipublish sambil maskeran 
dan makan martabak manis :P 
- Maret 2018
Share:
Read More

Kembali ke Titik Nol


Saat iseng-iseng blogwalking beberapa waktu tahun yang lalu, saya pernah membaca sebuah tulisan yang bercerita tentang seorang penyanyi terkenal di Indonesia yang pindah dan menetap di luar negri, di negara yang tidak seorangpun mengenalnya sebagai seorang artis. Bukannya kecewa, ia malah bersyukur dan merasa menjadi seseorang yang ‘kembali ke titik nol’. Memulai segala sesuatu dari awal, sesuatu yang baru, babak yang baru.

Ya, babak baru. Rasanya hidup tidak pernah lepas dari 2 kata ini. 

Setelah bertahun-tahun menempuh pendidikan SD, akan datang saatnya kita meninggalkannya, naik kelas dan berlanjut ke babak yang baru, yaitu SMP. 
Lalu kita melaju ke SMA, kuliah, dan kemudian.. terserah kita mau jadi apa. 
Tiba-tiba hidup terasa dipenuhi berbagai macam pilihan.

Setelah seharian lelah beraktivitas lalu menghabiskan malam dengan tidur, akan datang saatnya kita harus bangun dan memulai hari yang baru lagi, babak yang baru lagi, dan hal ini terjadi setiap hari, berulang-ulang selama nafas masih berhembus dan jantung masih berdetak.

Begitu juga saat seseorang datang. 
Akan tiba saatnya untuk mereka pergi, tak peduli apakah mereka bisa digantikan atau tidak, permisi atau tidak, lalu orang-orang yang baru akan datang lagi sebelum akhirnya mereka juga pergi.


.....

Seiring berjalannya waktu, tak jarang sesuatu yang baru ini melelahkan hati. 

Kau harus beradaptasi kembali, harus mengenal kembali dan harus membiasakan kembali. 

Kau harus memulai lagi, merangkak lagi dan meraba lagi.

Kau harus menahan diri ketika sesuatu yang baru tidak sesuai seperti yang lama.

Dan mungkin kau akan tersesat kembali, dalam proses pencarianmu mengenal yang baru.

Apa yang harus dilakukan? Bagaimana caranya? Harus bersama siapa? Harus pergi kemana?

Dan saat berada di tahap kebingungan seperti ini, saya tiba-tiba diingatkan oleh tulisan yang dibaca beberapa tahun lalu tersebut

Bahwa penerimaan diri untuk ‘kembali ke titik nol’, seperti artis tersebut, merupakan sesuatu yang penting dan harus dilakukan terus menerus, karena pergantian hal-hal yang lama ke yang baru juga akan selalu terjadi terus-menerus dalam hidupmu.




Proses penerimaan ini tidaklah mudah, namun sepertinya mampu membantu kita untuk naik kelas ke babak yang baru dengan baik.

Menjadi seseorang yang ‘kembali ke titik nol’ di tengah-tengah suatu yang baru erat kaitannya dengan menjadi pribadi yang lebih rendah hati dari sebelumnya

Seperti sebuah gelas yang kosong, ‘kembali ke titik nol’ membuatmu menjadi seseorang  yang mudah belajar dan diisi, karena mengisi gelas yang penuh tidak akan ada gunanya. 
Sebagai gelas yang kosong, kau tidak akan menuntut lebih, tidak membanding-bandingkan dan tidak menyombongkan yang lama. 

Kau akan mudah menerima dan mungkin itu akan membuatmu mudah diterima.

Menjadi seseorang yang ‘kembali ke titik nol’ di tengah-tengah suatu yang baru membuatmu terus belajar dan berusaha, karena ditempat yang baru, kau nol dan kosong. 

Seorang mahasiswa yang dulunya pernah mengikuti kejuaraan nasional saat SMA tidak akan dikenal di kampusnya kecuali ia tetap berlatih dan berkarya. 

Seorang pekerja lulusan cumlaude tidak akan dikenal sebagai lulusan cumlaude di kantornya kalau ia tidak tetap belajar dan mengembangkan pengetahuannya di dunia kerja.

Seorang penari tidak akan dikenal sebagai seorang penari di tempat yang baru, kecuali ia berani tetap menari dan ikut bergabung menari di komunitasnya yang baru.

Seseorang yang setia tidak akan di kenal sebagai seorang yang setia kecuali ia berusaha untuk selalu tetap setia. 

Di tempat yang baru, kau nol dan kosong, dan menyombongkan hal yang lama tidak akan membawamu kemana-mana.

Menjadi seseorang yang ‘kembali ke titik nol’ di tengah-tengah suatu yang baru juga memberimu kesempatan untuk memperbaharui diri menjadi lebih baik lagi. 

Jika dulu kau merupakan gadis yang susah tersenyum, di babak baru hidupmu perbanyaklah tersenyum. 

Jika dulu kau dikenal sebagai orang yang pelit, perbanyaklah berbagi.

Jika dulu kau merupakan seseorang yang cuek akan penampilan, di tempat yang baru kau bisa mulai memperhatikan penampilanmu, dengan memulai belajar memakai alis mungkin? Hehehe :P

Bagaimanapun, waktu berjalan terus dan usia bertambah terus.

Dan jika di hidupmu yang lama kau merasa terlalu angkuh dan sombong, mungkin di babak baru hidupmu, kau bisa lebih merendahkan hati dan belajar menerima bahwa untuk menjalani hidup, kau memang harus selalu ‘memulai dari titik nol’.


Selamat satu tahun dua bulan di Jakarta.
Dengan hati dan tahun yang baru,
Januari 2018.
Share:
Read More
,

Kelabu yang Sendu

Aku ini abu-abu.
Aku ini tidak tentu.

Datang saja..
Mungkin kau hanya akan melihat 
kemungkinan-kemungkinan.
Mendekat saja..
Mungkin kau hanya akan mendengar
kabut angan-angan.

Sebab itu jangan mengeluh hingga peluh
Bukankah sudah ku bisikkan sendu?
Bahwa aku ini abu-abu.
Bahwa aku ini tidak tentu.


Januari 2018

Share:
Read More
,

Perempuan dan Luka

Seorang perempuan.
Tertatih, tertunduk, terseok.
Di ujung lorong gelap
yang sempit dan panjang.
Entah apa yang mengoyakkan bibirnya.
Dan menggores-gores muka.
Pipi kening penuh lebam membiru.
Urat saraf mengeras kaku.

Begitupun tubuhnya.

Begitupun hatinya.

Putih telah dinoda.
Gelap seperti samudera tak berdasar
ditengah-tengah hamparan pasir putih.
Luka nanah tak kunjung sembuh
seperti borok yang telah disiram
belerang berulang kali.
Dan lubang-lubang jelek
bekas potongan hati putih
yang telah diberi namun dirusak
bahkan tak kembali.

Sebuah lempengan besi baja berlekuk muka
tergenggam di tangan kiri.
'Sempurna' terpatri di kening.
Tidak terbaca,
namun mampu dirasa.
Tidak terlihat,
namun mampu dikagum.
Muka besi baja bersih
dengan senyum setulus merpati.
Mengganti wajah yang luka kaku.
Menutup tubuh yang membiru.
Tapi sayang,
itu tak berlaku untuk hati.
Karena hari terlalu dalam untuk diselami.
Dan terlalu rapuh untuk diperbaiki.


Januari 2018
Share:
Read More

Masalahmu Hanya Sejauh Doa


     
April 2015

Bila kau rasa gelisah di hatimu
Bila kelam kabut tak menentu hidupmu
Ingat masih ada seorang penolong bagimu
Yesus tak pernah jauh darimu..


Tak perduli berapa usiamu, apa yang sedang terjadi di hidupmu, berbagai masalah seringkali menghampiri, bahkan ada yang mengatakan bahwa bukan kehidupan namanya kalau tidak mempunyai masalah. Masalah membuat kita semakin hidup atau malah membuat kita redup, tergantung bagaimana kita menanggapinya. Menyerahkah? Mengeluhkah? Menghadapinyakah? Atau menyerahkannya kepada Tuhan?

Beberapa minggu yang lalu, saya diminta mewakili jurusan untuk mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi (mawapres) tingkat fakultas. Seleksi ini akan memilih siapa mahasiswa yang akan menjadi wakil dari fakultas Teknik dalam seleksi tingkat universitas. Saya diutus bukan karena saya mahasiswa paling pintar, memiliki IPK paling bagus atau karena kemampuan bahasa inggris saya paling lancar, tapi karena saya 'kebetulan' sedang mendatangi tata usaha untuk mengambil sertifikat lomba desain. Saya diutus supaya 'ada saja' perwakilan dari jurusan. Maklum, tahun sebelumnya tidak ada peserta dari jurusan arsitektur karena waktu pemberitahuan seleksi sangat mepet dengan deadline.

Seperti yang lalu-lalu, tahun ini pun saya dihadapkan dengan deadline yang sangat singkat, hanya 3 hari. Saya harus membuat sebuah karya ilmiah yang berisi minimal 21 halaman (seumur-umur hanya pernah buat makalah tugas kuliah yang isinya copy paste dari internet :'D) dan beberapa berkas pendukung. Saat itu saya belum punya persiapan apapun selain sebuah kalimat judul, bahkan pihak jurusan baru memberi kepastian tentang dosen pembimbing pada H-1 pengumpulan berkas. Saat menghubungi dosen untuk membuat janji bertemu, hari itu juga saya diminta datang kerumahnya dan sudah harus membawa draft naskah karya ilmiah. DRAFT NASKAH KARYA ILMIAH! Boro-boro membawa, bentuk draft naskah karya ilimiah itu bagaimana saja saya tidak tahu. Setelah searching di google, ternyata itu adalah susunan karya ilmiah yang SUDAH JADI dan SIAP UNTUK DIPERIKSA dan DIREVISI. Saat itu pukul 2 siang dan saya harus bertemu dosen jam 7 malam. Apa yang bisa saya perbuat dalam waktu 5 jam?

Saya bergegas pulang ke kos, membuka laptop dan berusaha membuat apa yang saya bisa, mengubek-ubek internet berjam-jam.  And, guess what? Hasilnya nihil. Yang ada malah saya dilanda kebingungan. Mau mulai menulis dari mana? Buku dan materi mana yang mau dijadikan landasan teori? Bagaimana cara menganalisa datanya agar bisa menghasilkan kesimpulan dan ide kreatif? Saya panik dan fikiran mulai kemana-mana. Bagaimana nanti reaksi dosen kalau saya datang tanpa membawa apa-apa? Saya merasa malu, tidak bisa apa-apa tapi berani-beraninya mengambil tanggung jawab sebesar ini. Saya mencoba menulis, mencoret lalu menulis lagi. Bahkan, saya malah mencoba menghubungi teman dan meminta dia untuk menggantikan saya karena dia mempunyai makalah ilmiah yang pernah dibuatnya sebagai tugas kuliah.

Jarum jam terus bergerak ke angka tujuh. Ditengah kemumetan itu, saya sampai di satu titik menyerah, sadar bahwa apa yang saya lakukan tidak menghasilkan apa-apa. Kenapa tidak diam sejenak dan berdoa? Apa yang kamu takutkan? Bukannya kamu punya Tuhan yang selalu menolongmu? Entah datang darimana suara itu. Tapi yang saya tahu, saat itu saya sadar bahwa saya lupa berdoa. Lalu saya berhenti sejenak, meutuskan untuk tidak menyerah dan mulai berdoa, curhat sama Tuhan tentang keraguan dan ketakutan, lalu minta Dia untuk memampukan saya.

Dan tahukah kalian apa yang terjadi selanjutnya? Semua hal berjalan lancar, bahkan sangat lancar, jauh di luar dugaan saya. Saya datang ke rumah dosen dengan berbekal kertas catatan dengan sedikit ide yang saya punya, kemudian dosen pembimbing mengajak saya berdiskusi, membantu saya mengembangkan ide-ide menjadi satu topik gagasan, membentuk suatu kerangka dan mengurutkannya menjadi poin-poin penting yang memudahkan saya untuk menulis secara runtut. Malam itu saya tidak pulang dengan tangan kosong, melainkan membawa 5 sampai 6 buku tebal sebagai refrensi saya untuk menulis. Bahkan, dosen pembimbing berbaik hati menghubungi pihak fakultas agar memberikan kelonggaran waktu satu hari kepada saya. Sungguh, saat itu saya pulang dengan hati penuh syukur sambil senyum-senyum sendiri.

Buku refrensi langsung dibaca seketika itu juga, melihat apa yang penting dan relevan terhadap topik tulisan, mencatat lalu menandai halamannya sehingga memudahkan menulis sumber dan daftar pustaka. Tiga buku habis dalam satu malam, dilanjut dengan keesokan paginya. Setelah itu saya mulai menulis, seharian sampai sore, mencetaknya, dan kembali bergegas ke rumah dosen untuk bimbingan lagi. Sungguh, ketika itu saya bukan siapa-siapa, dari mana lagi saya bisa mendapat kekuatan kalau tidak melalui Tuhan?

Singkat cerita, pesentase dan seleksi berjalan dengan lancar. Saya tidak mendapat peringkat 1 dan tidak lanjut mewakili Fakultas Teknik ke tingkat universitas, tapi saya bersyukur telah diajar banyak oleh Tuhan melalui proses ini. 
Seberapa sering kita hidup mengandalkan diri sendiri atau orang lain? Ataukah kita hanya mengandalkan Tuhan dalam keadaan terjepit seakan-akan Tuhan adalah pilihan terakhir?
Sama seperti Daud yang terjatuh ke dalam Gat dalam pelariannya dari Saul (1 Samuel 27). Saat itu Daud lupa berdoa. Dan dia menemukan bahwa usahanya melarikan diri ke Gat tidak dapat memberi jalan keluar. Apakah sesungguhnya ada jalan keluar? Max Lucado dalam bukunya yang bejudul Facing Your Giant mengatakan tentu saja ada. 
Coba lakukan hal yang berbeda: cepatlah berdoa dan berhentilah berbicara kepada dirimu sendiri. Berbicaralah kepada Kristus yang mengundang kamu. 
Dan tepat di reruntuhan Ziklag yang masih membara, dalam keterjepitan Daud setelah enam belas bulan di Gat, ditolak orang Filistin, diserang orang Amalek dan diberontak oleh orang-orangnya sendiri, "Daud menemukan kekuatan di dalam Tuhan, Allahnya" (1 Samuel 30:6)

Kita mungkin saja tidak pintar, tidak cakap dan seringkali jatuh kedalam dosa, tapi Tuhan tidak melihat kesempurnaan kita. The Purpose Driven Life karya Rick Warren mengatakan Tuhan tahu bahwa kita tidak mampu menjadi sempurna atau tanpa dosa (Mazmur 103:14). Apa yang Tuhan lihat adalah sikap hati kita, apakah kita selalu rindu dan ingin datang kepadaNya. Tuhan senang ketika kita, anak-anakNya, selalu mengandalkanNya dan berserah kepadaNya. Dia hanya sejauh doa.

Saya selalu berdoa agar Tuhan mau mengajari saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan saya rasa melalui proses ini, Tuhan menjawab doa saya.


- Desember, 2017
Share:
Read More
,

Simalungun Au Nimu


Aku mengadahkan wajahku ke langit-langit kamar. Tanganku terangkat, memegang secarik kertas bertuliskan "Bazaar Teknik" dengan angka Rp 40.000 di kanan bawahnya. Kupon bazaar makanan. Rutinitas setiap tahun yang harus dijalankan sebagai mahasiswa di kampus untuk mendukung kegiatan BEM Fakultas: menjual bazaar kupon makanan. Memang, semakin kita berstatus senior, jumlah kupon yang harus dijual semakin sedikit. Tapi untuk anak kos seperti ku, menjual kupon merupakan suatu persoalan ketika teman sepermainan juga sama-sama seorang perantau yang harus pandai-pandai supaya cukup makan sampai akhir bulan.

Tiba-tiba terlintas di kepalaku seseorang yang mau menolong untuk membeli kupon ini. Segera ku raih handphone lalu mengetik SMS dengan cepat.

Bang, aku ada kupon bazaar teknik. Abang beli yaa bang, 40 ribu ajaa :D

Tanpa basa basi kutekan icon send. Message sent!

Dia sudah aku anggap seperti abang ku sendiri. Namanya Roy, aku memanggilnya Bang Roy. Dia mempunyai marga yang sama dengan marga Papa. Jadi, secara adat bisa dibilang kami ini saudara kandung, berasal dari opung (kakek) yang sama (walaupun tidak tau opung yang mana karena harus ditelusuri jauh ke atas) dan tentunya kami tidak boleh pacaran apalagi menikah.

Kami saling mengenal di GKPS Denpasar. GKPS adalah kependekan dari Gereja Kristen Protestan Simalungun, gereja suku Batak Simalungun. Aku terlahir sebagai orang Simalungun dari kedua orang tua yang juga Simalungun. Sejak kecil kami sudah bergereja di GKPS. Mama dan Papa menerima pemberkatan pernikahan di GKPS, kemudian kami anak-anaknya tardidi (baptis) di GKPS sampai kemudian marguru (belajar sebelum menerima baptis dewasa) dan angkat sidi (baptis dewasa).

Seperti pesan opung ku kepada Mama yang kemudian diteruskan kepada kami, anak-anaknya, "Kemanapun kalian merantau, langsung cari gereja yang tetap. Kalau perlu urus surat pindah dari gereja yang lama. Aktif dan ikut ambil bagian di gereja tersebut. Karena kalau hal terburuk terjadi pada kalian, jemaat gereja bisa membantu." 

Itulah yang mendorong ku untuk kemudian sebisa mungkin mencari GKPS dimanapun aku berada. Selain itu, peluang bertemu saudara-saudara lebih besar dan kekeluargaannya lebih terasa. GKPS menjaga ku untuk tetap dekat pada adat istiadat Simalungun. Bahasa Simalungun, lagu-lagu Haleluya yang berbahasa Simalungun, tarian Simalungun, pakaian adat Simalungun. Dan... yaa, kali aja bisa dapat jodoh orang Simalungun :P

Mengikuti jejak Mama yang dulunya seorang penari Simalungun, aku dan kakak ku sudah didaftarkan di sebuah sanggar tari Melayu sejak SD. Kemudian pada saat SMP, kami melanjutkan ke sanggar tari Simalungun dan kerap kali diundang untuk mengisi acara di pernikahan adat Simalungun atau acara pergelaran budaya daerah di Medan. PRSU (Pekan Raya Sumatera Utara) merupakan panggung terbesarku. Tak hanya berhenti disitu, semangat budaya Simalungun juga kami bawa ke Pulau Dewata. Ternyata bisa menari di kampung orang jauh lebih mengesankan! Lagu-lagu Simalungun yang sering mengiringi tarian sudah menjadi teman. Deideng, Tolu Sahundulan, Sitalasari, Sermadengan-dengan, Horas Simalungun, Martonun, Haruan Bolo...

Drrrrttt....drrrrtttt...

Aku tersentak dari lamunanku dan segera meraih handphone yang bergetar. Satu pesan baru, datang dari Bang Roy.

Alo nang.

Balasan yang sangat singkat. Hanya berisi dua kata. Bang Roy memang terbiasa memanggilku nang. Katanya itu panggilan sayang dalam bahasa Simalungun untuk adik perempuan yang biasa dipakai di kampung. Kalau alo? Apa karena aku belum menyampaikan salam dulu ya, sehingga bang Roy membalas dengan alo? Mungkin maksudnya 'halo'? Tanpa berfikir panjang segera ku balas sms bang Roy. 

Iya, halo baaang. Gimana bang mau ga beli kuponnya? Mau yaa..

Semenit kemudian handphone ku kembali bergetar, muncul lagi balasan dari Bang Roy. 

Alo itu artinya 'iya' nang.

Hngg.. hening.

HUUAAHAHA! Aku menertawakan kebodohanku sendiri. 

Masih balasan yang singkat, tapi kali ini cukup membuatku berteriak malu. Sayup-sayup terngiang salah satu lagu Simalungun di kepalaku, seakan menyindir. Simalungun au nimu, Simalungun au nimu. Bahasa ni pe lang i botoh ham~



- July 2017
Share:
Read More

Dari Jack Reacher Sampai Passengers




Salah satu hal yang saya syukuri ketika saya harus pindah ke Tangerang untuk magang di IAAW adalah harga tiket nonton disini yang murah. Murah banget dibandingkan harga tiket nonton di Bali, hehe. Hitungannya, sekali nonton di Bali itu paling murah 40rb. Itu udah versi nomatnya dan belum tentu dapet tiket. Kalaupun dapet, paling nggak bangkunya dua huruf dari depan, kecuali kita udah ngantri beberapa jam sebelumnya.

Jadi kebayang kan, kalo anak kos harus ngeluarin duit segitu untuk sekali nonton dengan leher mendongak selama 2 jam. Mendingan makan enak atau beli kertas gambar kayaknya, haha. Sedangkan kalo disini, 25rb udah bisa dapat satu tiket bioskop 21 yang ada di mall persis di samping kantor, gak perlu ongkos-ongkosan dan tinggal jalan kaki doang. Alhasil, kegiatan selama 2 minggu nganggur dan hampir 2 bulan magang diselingin oleh satu kegiatan favorit yang selama ini tertunda : nonton bioskop! :D

Iseng-iseng, saya coba hitung berapa film yang udah ditonton selama pindah ke Tangerang. Delapan film dalam dua bulan. Such a record for me! Wkwkwk. Kebanyakan film-film itu ditonton sendiri, ditemanin sebungkus Pillow coklat dan air mineral. Ada juga yang bareng sodara, teman, teman kerja dan teman gereja. Karena itu, saya mencoba mengabadikan (momen berharga ini) melalui tulisan ‘review’ kecil-kecilan tentang film-film tersebut. Dikasih tanda petik karena memang saya bukan pengamat film, melainkan penikmat film. Mmm oke, mungkin tulisan ini lebih tepat disebut ‘personal impression’ daripada ‘review’ :p

1. Jack Reacher: Never Go Back


Pertama kali tau film ini dari poster yang dipasang di bioskop. Gitu liat yang main Tom Cruise, saya langsung beli tiket tanpa baca synopsis atau nonton trailer-nya. Dan ternyata emang iya, filmnya bagus sesuai ekspektasi. Action thriler-nya gak terlalu berat karena ada sentuhan drama melalui cerita ayah dan anak yang ending-nya cukup bikin mewek. 

Aksi om ganteng Jack Reacher (Tom Cruise) yang smart dan keren banget, ditambah kehadiran Samantha (Danika Yaros) yang aksinya yang nggak kalah smart, memperkuat dugaan bahwa ia memang anak biologisnya Jack Reacher. Walaupun waktu sharing tentang film ini ada yang bilang kalo filmnya nggak sekuat film-film action Tom Cruise yang lainnya, tapi over all film ini tetap jadi favorit! :D

2. I.T.


Galau antara mau nonton Doctor Strange atau I.T., akhirnya saya memilih untuk nonton I.T. karena sinopsisnya yang lebih masuk akal dan (sepertinya) tidak sefantasi Doctor Strange. 

Film ini bercerita tentang an I.T. guy, Ed Porter (James Frecheville), yang bekerja dengan seorang pengusaha, Mike Regan (Pierce Brosnan), yang mempunyai segalanya: istri yang mengagumkan, anak perempuan cantik berusia 17 tahun dan rumahnya yang super keren dan hi-tech -everything in it was controlled by gadget and internet-. Sampai ketika Ed mengincar Caitlyn, anak perempuan Mike Regan, kehidupan mereka yang awalnya baik-baik saja berubah 180 derajat. Ed mengincar dan mengganggu setiap kehidupan Mike untuk membalas penolakan Mike terhadap Ed.

Plot film ini ternyata lebih menyeramkan dan menegangkan daripada sinopsisnya, terutama dengan fakta bahwa Ed adalah seseorang yang sangat terobsesi dengan wanita dan berani melakukan apa saja demi mencapai keinginanya. Salut buat pengambilan gambar, pemilihan backsound dan penyusunan cerita yang berhasil membuat saya banyakan tutup mata daripada nonton film di akhir cerita -,- Dan saya rasa film ini cocok banget buat kalian yang senang dengan film sadis, psycho dan sebagainya.

3. Hacksaw Ridge


Hacksaw Ridge merupakan film yang menurut saya paling bagus dari kedelapan film yang saya tonton dalam dua bulan ini, sampe rela ditonton dua kali :" Terinspirasi dari true story, film ini bercerita tentang Desmond T. Doss (Andrew Garfield *udah suka banget sama aktor yang satu ini sejak perannya di The Amazing Spider-Man ^^), seorang tentara Amerika yang jujur dan polos, yang berjasa mengevakuasi 75 tentara di Okinawa pada saat World War II. Film ini mengisahkan keteguhan iman, dimana Desmond bisa tetap teguh terhadap komitmen dan kecintaanya terhadap Tuhan ditengah-tengah dunia yang terus mengancamnya.
“Please God, help me get one more. One more, please help me get one more...”
Kata-kata diatas merupakan dialog favorit saya (dari sekian banyak yang gak kalah bagusnya), menunjukkan penyerahan diri Desmon yang penuh kepada Tuhan. Kejujuran dan kepolosan Desmon tercermin dalam segala hal termasuk cara uniknya dalam mendapatkan Dorothy (Teresa Palmer), seorang perawat yang disukai Desmond. Bagaimana bisa seorang tentara berperang tanpa pernah memegang sebuah senjata? Film ini recommendable banget untuk ditonton, pas dengan keadaan Indonesia yang lagi riuh kasus salah satu calon gubernur :D
4.  Fantastic Beasts and Where to Find Them


Sebagai penggemar novel dan film Harry Potter, spin off dari serial Harry Potter yang satu ini sudah wajib ditonton. Film ini bercerita tentang seorang penyihir Inggris bernama Newt Scamander (Eddie Redmayne) yang pergi ke New York untuk sebuah misi, membawa sebuah koper magic yang ternyata berisi hewan-hewan magic peliharaan Newt.  

Dalam malaksanakan misinya, Newt mengalami banyak hal yang tak terduga seperti bertemu seorang ‘muggle’ atau ‘no-maj’ kocak bernama Jacob Kowalsky (Dan Fogler). Belum lagi Niffler, seekor peliharaan Newt yang suka kabur dan mengincar barang-barang berkilau. Newt juga dibantu oleh Tina Goldstein (Katherine Waterston), seorang Auror dan saudara perempuannya, Queenie (Fine Frenzy), seorang penyihir yang mempunyai kemampuan untuk membaca pikiran. Mereka pun bersama-sama dalam mengungkap Obscurus, sebuah roh jahat dari seorang anak kecil yang telah memakan banyak korban.

Film ini sangat menghibur! New York tahun 1926 (berpuluh-puluh tahun sebelum Harry Potter lahir) dijadikan setting cerita, menyuguhkan gambaran dunia sihir di belahan negara lain yang berbeda dari yang biasa kita dengar di Hogwarts, Inggris.

5.  Allied


Jujur saja, rumor yang mengatakan bahwa perceraian Brad Pitt dan Angeline Jolie disebabkan oleh kedekatan Cotillard dan Brad Pitt selama proses pembuatan Allied membuat saya penasaran dengan film ini :p

Allied bercerita tentang dua agen rahasia di masa Perang Dunia II, Max Vatan (Brad Pitt) dan Marianne Beausejour (Marion Cotillard) yang jatuh cinta pada saat menjalankan misi untuk membunuh seorang petinggi Jerman. Sisi romantis film ini terasa lebih menonjol daripada thriller-nya. Ending cerita yang tidak disangka-sangka pun membuat film ini semakin menarik. 

Dan kalau ada yang menganggap Allied mirip dengan film Mr. and Mrs. Smith yang juga dibintangi Brad Pitt, menurut saya sih nggak ya. Tapi kalau tentang sosok Brad Pitt yang selalu keren dan ganteng, pastinya iya :D <3 <3

6.  Headshot


Film ini layak ditonton karena memang jarang banget film Indonesia bergenre action thriller seperti ini, belum lagi prestasinya yang sukses memukau ajang Toronto Film Festival 2016. 

Gak jauh berbeda dengan film The Raid, Headshot masih dipenuhi dengan adegan berantem sadis yang penuh darah bermuncratan. Ishmael (Iko Uwais), seorang anak muda yang hilang ingatan selalu dihantui dengan ingatan masa lalunya. Ia dirawat oleh Ailin (Chelsea Islan), seorang dokter muda yang berasal dari Jakarta. Ternyata kedekatan mereka menyebabkan Ailin ikut terbawa dalam sadisnya masa lalu Ishmael. Sambil berjuang menyelamatkan Ailin, perlahan-lahan Ishmael menemukan ingatan masa lalu dan jati dirinya yang sebenarnya.

Cerita menegangkan dari film ini tidak ada habisnya, terutama Ishmael yang diserang terus menerus dengan keadaannya yang innocent, amnesia. Chelsea Islan yang biasanya tampil anggun menjadi karakter yang berbeda dan berani. Alur ceritanya juga oke, selesai nonton baru nyadar kenapa judulnya filmnya Headshot. Pokoknya top deh, bangga film Indonesia :D

7. Collateral Beauty


Sebenarnya niat awalnya itu pengen nonton Rogue War, eh gitu udah sampe bioskop baru tau kalo Collateral Beauty juga tayang. Langsunglah berubah haluan, secara saya bukan jenis orang yang mengikuti serial Star Wars.

Mengalami depresi karena kehilangan anak perempuannya, Howard Inlet (Will Smith) merasa sangat terpuruk dan menyalahkan Time, Death and Love melalui surat yang dikirimnya. Merasa prihatin, tiga teman sekerjanya mencoba memulihkan Howard dengan mempertemukan Howard dengan Time, Death and Love secara langsung. Film ini mengajak kita untuk melihat sesuatu yang indah, the collateral beauty dibalik semua hal buruk yang terjadi di dalam hidup. Ceritanya sangat menarik, setting filmnya juga keren. And Will Smith? He’s gorgeous as always.

8. Passengers


Ini nih film yang paling fresh, baru tadi di tonton dan langsung ditulis review-nya. Film Passangers memang udah masuk daftar wishlist sejak lama. Kehadiran Jenifer Lawrence dan setting cerita luar angkasa membuat film bergenre fantasy/science fiction ini menarik, bahkan dengan hanya melihat trailer-nya.

Ceritanya bermula dari Jim (Chris Patt) dan Aurora (Jennifer Lawrence) yang terbangun 90 tahun lebih awal didalam kapal luar angkasa yang membawa mereka berimigrasi dari bumi ke Homestead II, sebuah dunia baru berjarak 120 tahun lamanya. Tejebak di kapal luar angkasa mewah bersama robot-robot, Jim dan Aurora menjalani hari bersama-sama, mulai dari having fun sampai berusaha menyelamatkan kapal dan 5.000 penumpang lainnya. Untuk lebih detailnya sepertinya belum bisa diomongin disini karena film ini baru keluar tanggal 23 Desember kemarin di Indonesia, gak mau jadi spoiler juga :p

Saya sendiri terkagum-kagum dengan so many breath-taking things yang ada di film ini. Magnificent space with thousand stars, the romantic red giant scene, infinity pool yang langsung menjorok ke angkasa luar dan interior kapal yang so luxury and futuristic. Alur ceritanya juga menarik. Padahal kalau dihitung-hitung, aktor/aktris yang berdialog di film ini cuman empat orang. Satu hal lagi yang menarik buat saya yaitu karakter Aurora yang merupakan seorang penulis. You know, everything seemed interesting when it related to your daily life ^^


**** 

Well, begitulah review singkat 8 film yang mengisi hari-hari setelah pulang kerja. Terimakasih untuk bapak security bioskop yang tidak mengecek tas saya sewaktu melewati pintu masuk bioskop. Untuk berikutnya, sepertinya film Cek Toko Sebelah-nya Ernest Prakasa ada dalam wishlist saya. Ada yang mau nonton bareng, btw? :p


images source : google.co.id


- Desember 2016
Share:
Read More

Two Things I Wish I Knew Before Creating an Instagramable Picture


I believe that many girls out there wanna have perfect instragam-able photo like a model has. So that’s what I and my friend are doing, exploring things that we never did before. Yap! Photo hunting! We have a friend called Bang Inro (you can stalk his Instagram account @inro_jd) who has an interest in photography and we have so many beautiful places in Bali. So, we have enough, a photographer and spots.

When I told this to my other friend who has an interest in photography too, he said that the key of a good portrait photograph is expression. I could say that was the hardest part when we taking photo. We went to do the photoshoot twice, just for fun. First with my friend called Vivi Purba and second with my friend called Alvionita.

In my first experience, the photographer asked me to pose with no smile or happy expression. The reason was there were so many photos that I have with smile, so I had to give the other natural human emotions like happiness of eyes, genuine mood or natural expression. Guess what the result? It was terrible! Not to mention I was insecure with myself. It was weird when he took my face from the right side (I prefer the left). I was not comfortable with my chubby cheek, thigh, belly, arm, and this feeling didn’t help my expression at all. Thank God that Bang Inro was sooo calm in responding all of our complains of our own body, hahaha. At that time, we did photoshoot at Mangrove Forest and Dreamland Beach. You can see the photos from my first experience of being a model below.








Another chance, we did the photoshoot again in Serangan Beach. The photographer still forbade me to smile, but I don’t know why, this time I felt better. I tried not to complain too much and trusted it to the photographer. What I had to do was posed and gave the natural expression. And the result is…. Tadaaa… I think it’s better than the first. Right pose able to highlight the features and hide even the most obvious imperfections.











Don’t ever be afraid of exploring new things because they will always give you something to reflect. We do this just for fun. I am not a model and now I realize that being a model is not easy at all. One thing important that I learn from this-for-fun-photoshoot is just be CONFIDENT with yourself. EVERY PART OF YOUR BODY IS BEAUTIFUL WHEN YOU TREAT IT RIGHT. Being confident prove that you appreciate your body, YOUR LIFE. Every girl is beautiful on her own way and being the way that you are is enough.

Another important thing I get is don’t ever dare to order and complain too much to the photographer or he will order you back to go home :p

- September, 2016
Share:
Read More

August-Writing: Kenapa Saya Ingin Magang di IAAW?


Based on one of my new year resolutions that is I have to write something and post it to this blog minimum once a month, I wanna share about my self-defense August-writing, because it seems like I didn’t write anything in August, but I did.

You know, last August was a busy month for me because there were many things that had to prepare and many special moments happened. In August, I officially graduated from Udayana University after being an architecture student for 3 years 8 month, passing a final exam in April, doing some revision and applying for graduation. Not only that, I involved in designing Masterplan of Udayana University since June and last August was the deadline-time. A week before graduation, I had to go to Malang for attending National Student Camp by Perkantas and after that I had to handle my parents and my family’s arrival for the graduation. See? How busy! I think I can’t make even one writing, but apparently I have to.

I was contracted by Udayana University for 3 months, so I had a target to apply for a job in August. While searching for vacancy, I found that Imelda Akmal Architectural Writing (IAAW) opened the internship program for fresh graduate. FYI, IAAW is a studio that focus on architecture publication. In this internship program, I would learn about writing, book production, reviewing, styling and many more.

I love architecture and I love writing, so I decided to apply. One of the requirements to apply was I had to create a writing about ‘Kenapa saya ingin magang di IAAW?’ A simple question, but I need at least 3 weeks to finish this. So, here my little thought about IAAW is, let’s check my-August-writing out!

-September, 2016
Share:
Read More