let's go get lost

God is So Good!



Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobali melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kapadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya. – 1 Korintus 10:13

Aku mengangkat kepalaku dari alkitab pada sesi pembacaan epistle, tersadar bahwa Tuhan sedang memberikaku kekuatan melalui kitab Korintus yang baru saja kubaca. Ku hela nafas berat, sesak. Jujur saja, minggu pagi ini terasa berat. Sangat berat sampai-sampai takut menghadapi hari esok. Satu tujuan datang ke gereja kali ini hanya untuk menenangkan diri dari masalah yang sedang menghadang jalan, berharap mendapat ketenangan hati dari Sang Pencipta. Lalu ketika pemimpin ibadah mengajak berdoa, kupanjatkan doa dengan khusyuk dan sungguh-sungguh, kusampaikan semua kekhawatiran dan ketakutanku, tanpa sadar air mata mengalir di pipi.

Mungkin bagi seseorang, pangan menjadi masalah hidupnya. Tetapi bagi orang yang lain, bukan pangan melainkan sandang. Satu hal yang penting adalah bagaimana kita menyerahkan segala masalah kita kepada Tuhan dan datang kepadaNya. Iman mendatangkan pengharapan. Dan ketika pengharapan itu ada, masalah kita hilang saat itu juga. Mungkin orang lain akan bersusah hati ketika menghadapi masalah yang sama, namun orang yang berpengharapan tidak. Ia tetap bersukacita walaupun tahu masalah tetap ada, karena yakin Tuhan akan menguatkan dan menolongnya.” Khotbah Pendeta yang diambil dari Yesaya 55 : 1-9 terngiang di kepalaku.

Tertegun, aku merasa Tuhan berbicara secara pribadi lagi, kali ini melalui Pak Pendeta. Aku menghela nafas untuk kedua kalinya. Ah, betapa baiknya Tuhan itu. Bahkan disaat aku jauh dariNya pun, Dia masih mau berbicara kepada anaknya yang berdosa ini. Saat aku menduakanNya dengan hal-hal duniawi, Ia masih mau menegur dan mengingatkan. Mungkin cobaan ini hanyalah caraNya untuk meruntuhkan kesombongan tentang anggapan ‘aku baik-baik saja tanpa dekat dengan Tuhan’. Atau memberi kesadaran untuk segera menyendengkan telinga kepada perkataanNya, “Jangan khawatir!”

Peristiwa ini membuatku merenungkan hal lain. Seberapa mau kita tetap disiplin dalam doa dan saat teduh saat kita berada di zona nyaman? Kesombongan membawa kita terbang jauh dari Tuhan, melepaskan genggaman tangan kita dari genggaman tanganNya yang selalu menggenggam kita erat.

Melalui perkataan-Nya pagi ini muncul rasa rindu untuk kembali intim denganNya. Ku panjatkan permohonan maaf karena baru datang disaat sedang berada diposisi bawah roda kehidupan. Ku naikkan syukur untuk segala hal yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk. Sambil memohon kekuatan dari Tuhan, aku membuka mata dan merasa hati lebih tenang. Lega. Berpengharapan. Mungkin hari esok akan menjadi lebih buruk, tapi aku tahu Tuhan siap menolongku.

“Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKu; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.” Yesaya 55 : 3

Terima kasih Tuhan, Engkau sungguh baik.



sumber gambar : quotlr.com
Share:
Read More

Kopi dan Arsitektur



Huah, akhirnya bisa nulis juga. Pertama, perkenankan saya meminta maaf untuk tulisan Virtual Trip to Nusa Penida yang belum selesai, padahal deadlinenya Februari kemarin, huhuuu. Kedua, permintaan maaf untuk diri sendiri yang ga nepatin janji untuk nulis dan posting di blog ini minimal sebulan sekali. I had missed the March one. Alasannya? Kalian akan tahu setelah membaca habis tulisan ini.

Beberapa minggu yang lalu, sebuah pikiran tercetus dikepala saat menonton iklan produk kopi di TV. Iklan kopi dengan jargon “Lebih Berani Kopi” ini hadir dengan model seorang arsitek yang kehilangan semangat dan fokus. Dengan gantengnya arsitek tersebut menyeruput kopi sambil berkata “Langsung melek!” dan kemudian lanjut kerja lagi. Iklan-iklan yang begini selalu dikaitkan dengan arsitek.

Setelah dilihat-lihat lagi, salah satu iklan produk vitamin penambah tenaga juga memakai profesi arsitek sebagai modelnya, iklan produk minuman isotonic juga. Kim Do Jin, arsitek -ganteng-dan-cool-tapi-lucu dalam film A Gentleman’s Dignity juga terlihat beberapa kali meminum semacam vitamin C yang dilarutkan ke dalam air. Mungkin untuk menjaga badannya tetap vit (kalo contoh yang ini berdasarkan pengamatan dan pendapat pribadi sih. Btw, drama korea ini recommended banget untuk ditonton. Lucu lucu romantic gimana gituuu, hehe)

Sebegitu melelahkannya kah menjadi seorang arsitek? Tidak tahu, karena aku sendiri belum menjadi arsitek. Tapi kalau ditanya sebagai mahasiswa arsitek, jawabannya adalah ya, cukup melelahkan. Terutama pada saat masa studio Tugas Akhir (TA) seperti yang sedang dijalani saat ini. Bisa dibilang masa studio TA itu seperti proses persalinan ibu-ibu yang sudah bukaan 9, puncaknya dari rasa semua rasa sakit selama persalinan. Rasanya paling sakit jika dibandingkan dengan studio-studio sebelumnya, hehe..

Bayangkan saja, pada periode TA kali ini, kita harus stay selama 43 hari di kampus dari jam 07.30-17.30 dari Senin sampai Sabtu. Kita juga harus gambar, asistensi, revisi, lalu gambar lagi, asistensi lagi dan revisi lagi. Belum lagi setiap 2 minggu sekali ada evaluasi yang pengumpulannya harus tepat waktu. Dengan banyaknya gambar kerja yang harus dibuat, malam harinya sepulang studio pun harus lanjut begadang demi terpenuhinya setiap materi yang ada di form nilai. Makin menghitam kantong mata adek, bang. Menulis pun tak sempat. Tapi ada juga sisi positifnya, selama masa TA ini banyak yang berkomentar "Kok kamu makin kurus ya Vi?" Horeeee..!!

Untuk mencapai sebuah gelar sarjana memang dibutuhkan kerja keras. Tentu saja ini bermanfaat untuk mempersiapkan kita menjadi seorang arsitek nantinya, paling tidak melatih mental dan disiplin saat bekerja sama dengan rekan kerja atau menghadapi client. Apalagi umumnya salah satu syarat untuk bekerja dibidang arsitektur adalah ‘mampu bekerja dibawah tekanan’. Ternyata sakitnya tuh ga berhenti sampai disini.

Tak heran banyak orang yang menganggap jurusan arsitektur jurusan yang keras, lebih banyak mahasiswa cowok daripada ceweknya. Mungkin image ini juga yang mempengaruhi iklan dan film diatas. Tidak heran juga kalau secangkir kopi bisa jadi teman terbaik mahasiswa arsitektur, terutama untuk yang matanya sudah merem melek pengen tidur tapi gambar belum selesai dan batas pengumpulan tugas tinggal 6 jam lagi, atau untuk yang lagi suntuk dan membutuhkan ide segar. Seperti iklan di atas, langsung melek! Lalu bagaimana dengan nasib mahasiswa yang ga bisa minum kopi -seperti saya-? Kopi bukannya membuat melek tapi malah membuat deg-degan. Ah, apa daya. Dear kopi, mungkin kita tidak dijodohkan untuk menjadi teman baik.



sumber gambar : lifestyle.dreamers.id 
Share:
Read More

Beautiful Splash, Pasih Andus

Sudah aku bilang sebelumnya, perjalanan 1,5 jam melalui tanjakan dan jalan berbatu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan keindahan yang akan kita lihat di daerah ini. Setelah disambut dengan keindahan Batu Bolong dan serunya bermain air di Angel’s Billabong, aku akan mengajak kalian ke tempat lain yang dekat dengan Pasih Uug, yaitu Pasih Andus. Kata temanku yang berasal dari Nusa Lembongan, andus itu berari asap. Jadi, apakan pemandangan selanjutnya yang kita lihat adalah asap? hehehe, who knows. Aku yakin, asap saja bisa dibuat indah di alam, apalagi kamu.. iya kamu… *eehhh #salahfokus

Oke, back to the topic. Pasih Andus jaraknya tidak terlalu jauh dari pantai Batu Bolong, walaupun tidak sedekat Angel’s Billabong. Perjalanan tidak bisa dilalui dengan berjalan kaki, melainkan naik motor sekitar 10 menit. Mengambil arah berlawanan dengan jalan pulang, kita berjalan ke arah laut. Kita bisa mengikuti signage yang ada. Jalan yang kita lalui masih jalan tanah kecil yang sedikit berbatu. Kita hanya perlu mengikuti jalan sampai mentok dan melihat gazebo kecil. Setelah itu kita harus berjalan kaki sedikit menuruni bukit. Dibawah sana, kamu tidak akan melihat pantai melainkan batu karang yang dijungnya terdapat hempasan ombak keren akibat gelombang air laut yang menabrak dinding karang. Splash!
Pasih = Pantai, Andus = Asap





Yang menarik dari Pasih Andus ini adalah kita tidak pernah menduga kapan cipratan air bakalan datang, ataupun berapa tinggi air yang terhempas. Tidak jarang orang berteriak kegirangan ketika tiba-tiba suara ombak bergemuruh datang diikuti dengan hempasan air dengan tinggi belasan meter dan kemudian menghilang seperti asap, mungkin rasanya seperti menang lotre, hahaha. Tapi hati-hati ya guys, karang disini berbeda dengan karang yang kita temui di Angel’s Billabong. Karang disini berwarna hitam dan lebih tajam. Tetap perhatikan langkah kalian walaupun lagi asik berpose. Disekitar Pasih Andus ini juga ada gazebo kecil. Setelah puas melihat-lihat di Pantai Batu Bolong, main air di Angel’s Billabong, kita bisa gunakan gazebo ini untuk bersantai menyantap bekal sambil menikmati suara ombak dan pemandangan cipratan air di sudut kumpulan batu karang.
Share:
Read More

The Natural Infinity Pool, Angels’s Billabong

Perjalanan jauh yang kita tempuh dari Desa Batu Nunggul menuju desa Bunga Mekar terbayar sudah dengan banyaknya keindahan alam yang dapat kita temukan disini. Setelah disambut dengan keindahan Pantai Batu Bolong yang menyegarkan mata, sekarang saatnya kita bakal menyegarkan tubuh kita, alias main air!! Di perjalanan ini, aku akan ngajak kalian mandi-mandi (kalo orang Medan bilangnya gitu), berenang, berendam, main air, atau apalah itu namanya, di sebuah kolam infinity yang terbentuk alami tanpa campur tangan manusia.

Emn, bicara tentang infinity pool, jadi infinity pool adalah kolam tanpa batas yang dirancang seolah-olah gak ada tepinya, karena air di kolam tersebut dibiarkan keluar melewati batas kolamnya. Pernah liat kolam renang yang ada di Hanging Garden Ubud? Di tempat itu terdapat sebuah infinity pool yang menghadapkan kita ke hijaunya alam yang luas. Atau contoh lainnya di pemandian air panas yang ada di kaki Gunung Batur. Kolam pemandian air panasnya dirancang tanpa batas sehingga kita seolah-olah bersentuhan langsung dengan air di Danau Batur. Dan begitulah tempat yang akan kita datangi sebentar lagi. Kalau contoh diatas hasil tangan manusia, namun yang satu ini hasil tangan langsung dari Sang Pencipta.

Letaknya tidak jauh dari Pantai Batu Bolong, dapat dicapai dengan berjalan kaki di jalan setapak yang terdapat di seberang Pantai Batu Bolong. Setelah melewati jalan setapak, kita akan disuguhnya pemandangan yang berbeda lagi. Bukan bolongan batu dengan birunya air laut, melainkan tebing-tebing batu karang besar berpori berwarna coklat. Tempat kita berpijak tidak lagi tanah, melainkan batu karang dengan beberapa genangan air kecil. Lalu setelah berjalan lagi ke arah laut, kita akan menemui sebuah infinity pool yang bersembunyi di bawah diantara tebing karang. Angel’s Billabong, namanya secantik rupanya. Tempat ini adalah muara akhir daru sungai Nusa Penida sebelum ke lautan lepas. Airnya jernih sampai kita bisa melihat apa yang ada di dasarnya, di bagian ujungnya terdapat percikan air yang dihasilkan dari hempasan ombak yang mneghantam tebing karang, membuat kita tidak sabar untuk segera turun kebawah menikmati sejuknya air. Hmm, ayo kita nyeburr sekaranggg!!
Berjalan kaki menuju Angel's Billabong
Penuh dengan karang
Ini dia, bidadari yang tersembunyi di alam Nusa Penida :D
Seperti kolam renang pada umumnya, ternyata Angel’s Billabong juga menawarkan kolam dengan berbagai kedalaman. Bagi kamu yang tidak bisa berenang, kamu bisa sekedar berendam di bagian sebelah kanan atau menikmati percikan ombak di bagian ujung Angel’s Billabong. Bagi yang ingin merasakan kedalamannya, kamu bisa berenang di bagian kiri sambal duduk di batu karang yang ada di bagian sana.
Bermacam-macam aktivitas bisa dilakukan disini.
Dari berenang..
Mengambang..
Atau sekedar menunggu moment percikan besar ombak datang untuk segera mengabadikannya.
Berfoto ceria..
Berfoto ketika ada yang terjatuh kedalam air saking hebohnya..
Atau berfoto sambil memeriksa duri yang tiba-tiba nancep di kaki, hahaha
Seru sekali!! Tempat ini masih alami dan tersembunyi sehingga belum banyak orang yang berkunjung kesini, seperti punya sendiri saja. Private-natural-infinity-pool. Apalagi yang kurang coba? Berkunjung kesini memang membuat kita tidak ingin pulang, tapi jangan lupa untuk ikutin perjalanan kita selanjutnya disini ya.
Share:
Read More

Disambut Keindahan Pantai Batu Bolong

Selamat datang di Nusa Penida! Setelah kemarin melakukan persiapan (bisa baca disini), akhirnya kita sampai di Nusa Penida dengan selamat. Perjalanan yang seru, mengarungi laut dengan fast boat dari Pantai Sanur. Untuk membuatnya abadi, aku iseng mendokumentasikan perjalanan tadi. Hehehe.
Bersiap sebelum berangkat
Proses naik fast boat. Tipsnya pakai celana pendek aja, karena kita bakal basah-basahan
Mengarungi lautan dengan fast boat
Tiba di Nusa Penida. Serasa di eliminasi ya? hehe      
Oke, tak perlu berlama-lama, langsung saja kita esekusi indahnya Pulau Nusa Penida ini. Pertama, aku akan ajak kalian ke Pantai Batu Bolong/Pasih Uug. Pantai ini terletak di Banjar Sumpang, Desa Bunga Mekar, sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan motor dari desa Batu Nunggul (tempat berlabuhnya kapal Roro dan beberapa fast boat). Tempat ini dapat ditempuh dengan perjalanan dari Desa Batu Nunggul, melewati Desa Ped, Desa Toyapakeh lalu Desa Bunga Mekar. Dan seperti yang aku sebutkan di tulisan sebelumnya, medan menuju Pantai Batu Bolong juga tidaklah mudah. Setengah jalannya belum diaspal dan berbatu. But, trust me. Kalian akan berdecak kagum setelah melihat apa yang akan kita temukan disana. Whoooo…

Sepanjang perjalan kita akan melewati pesisir pantai, lalu menuju jalan menanjak dan berkelok. Di daerah pesisir panta kita akan menemukan pemandangan tepi laut dengan beberapa gubuk kecil di tepinya. Gubuk ini digunakan sebagai gudang untuk menyimpan hasil panen rumput laut yang sekarang merupakan mata pencaharian utama masyarakat Nusa Penida yang tinggal di pesisir pantai. Tidak jarang juga terlihat petani rumput laut yang sedang memanen ladang rumput lautnya, dengan topi kerucut dan celana yang digulung selutut, tenggelam dalam petak-petak rumput laut di tepi pantai. Sesekali tercium bau amis ketika melewati rumput laut yang sedang dijemur, berwarna hijau dan putih. Hhmm, pemandangan yang jarang kita dapatkan.

Setelah melewati jalan kecil menanjak dan berkelok, bukit-bukit dengan tanaman gersang yang menguning, dan jalan tanah berbatu, akhirnya kita sampai di Pantai Batu Bolong. Tidak usah takut tersesat, karena sudah ada signage -walaupun masih sangat sederhana, berupa potongan papan yang dicat dan ditulis dengan tulisan tangan- di beberapa persimpangan jalan. Daaaaan, ini dia keindaha alam yang menyambut kita di Nusa Penida pada perjalanan ini, Pantai Batu Bolong.
Pantai Batu Bolong/Pasih Uug


Wooow, luar biasa bukan? Indahnya biru laut yang mengalir diantara bolongan batu raksasa jauh dibawah sana -that’s why tempat ini disebut dengan Pantai Batu Bolong- mempu membuat kita terkagum-kagum, bagaimana bisa Tuhan menciptakan alam seindah ini. Jaraknya yang jauh kebawah membuat kita hanya bisa mengagumi dengan melihatnya, tanpa menjamah ataupun menginjakkan kaki diatasnya. Hhmmm, tanpa sadar aku memejamkan mata. Heran, apalagi yang disembunyikan si Pulau Nusa Penida, kalau kunjungan pertama saja sudah seindah ini?

Oke, setelah puas melihat dan berteriak kagum, saatnya kita mengambil foto. Eiitts, tapi hati-hati ya. Saking alaminya, tempat ini sama sekali belum mempunyai pagar pembatas antara daratan dan jurang. So, keep watching your step!
Bisa foto rame-rame...
atau foto candid kekinian...
atau foto sendiri untuk nambahin koleksi galeri instagram? :D
Setelah asik menikmati pemandangan di Pantai Batu Bolong, kita gak langsung pulang, guys. Masih banyak tempat -yang gak kalah kerennya- yang bisa kita eksplor di derah ini. Sedikit nakal dan penasaran, kita bisa coba eksplor daerah ini lebih jauh. Bila kita berjalan terus ke arah laut sebelum belok ke Pantai Batu Bolong, kita akan menemui daerah dengan view begini.

 
 
 
  
Keren. Bangett. Kannn.. Kita sedang berada beratus-ratus meter diatas permukaan laut dengan pemandangan bukit karang dan langit yang luar biasa. Alam Indonesia memang sangat indah. Dan kalian bisa ikutin terus virtual trip selanjutnya disini.
Share:
Read More

Virtual Trip to Nusa Penida


 "Welcome to my paradise, where the sky so blue, where the sunshine so bright.." - Welcome to My Paradise, Steven and the Coconut Trees

Welcome February! Kalau bagi orang-orang Februari itu adalah bulan cinta-cintaan dimana para cewek berharap dikasih bunga, cokelat, boneka atau iphone six(?) dari para cowok, tapi bagiku bulan ini adalah bulannya kita jalan-jalan. Yeaah!! Selama Februari aku bakalan ngajakin kalian semua untuk jalan-jalan ke Nusa Penida, selama sebulan penuh! Seru ga? Seru dong yaa. Namun untuk mengatasi kendala jarak dan waktu luang kita semua yang berbeda, aku dan kalian bakalan jalan-jalan via dunia maya. Yap, VIRTUAL TRIP TO NUSA PENIDA melalui blog ini.

source : google.com


Udah pada tahu kan ya Nusa Penida itu apaan? Nusa Penida itu adalah salah satu pulau kecil di dekat pulau Bali yang termasuk dalam kabupaten Klungkung di provinsi Bali. Pulau ini sangat kecil dibandingkan dengan Bali. Eitss, tapi jangan salah. Tempat ini merupakan salah satu surganya tempat wisata. Aku sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri pada saat KKN selama satu bulan, pulau ini memang keren dan masih alami bangett. Sayangnya belum banyak orang yang mengetahui keberadaan tempat wisata di pulau ini, bahkan ada anggapan bahwa di pulau ini tidak ada apa-apa. Hmm.. kalian salah besar, guys.

Jadi, untuk kalian yang penasaran dengan keindahan pulau Nusa Penida, aku akan mengajak kalian ke tempat wisata yang ada di Nusa Penida melalui virtual trip di blog ini. Setiap perjalanan akan di-posting 3-4 kali seminggu dengan tempat wisata yang berbeda-beda sampai akhir bulan Februari. Untuk yang mau ikutan, kalian tinggal berkunjung ke blog ini, tapi dengan satu syarat ya. Rahasiakan tempat ini dari para alayers yang dapat merusak kealamiannya! Hehehe

Oke, jadi rencananya kita akan berangkat hari ini. Apa saja yang harus disiapkan untuk menjelajah Nusa Penida? Let's check these lists out!


1.      Transportasi

-       Bagi kalian yang berdomisili di luar Bali, kalian bisa datang dulu ke Bali. Akses ke Nusa Penida dari Bali adalah dengan menggunakan kapal fery dan fast boat.  Bagi kalian yang ingin membawa motor atau mobil, kita bisa menggunakan fery dari pelabuhan Padang Bai yang terletak di Karangasem. Hanya terdapat satu fery yang digunakan untuk menghubungkan pulau Bali dan pulau Nusa Penida, yaitu kapal Roro (biasanya digunakan untuk mengangkut logistik, makanan atau bensin) dan jadwal pulang perginya hanya satu kali sehari. Pukul 08.00 WITA berangkat dari Nusa Penida ke Bali, lalu kembali ke Nusa Penida pada pukul 12.00 WITA. Kapal ini akan berlabuh di Desa Batu Nunggul. Jadi, untuk kalian yang berencana menginap di Nusa Penida dan membawa motor sendiri, kalian boleh memakai transportasi ini. Tapi bila tidak, bisa memakai transportasi lain yaitu fast boat.

-       Fast boat mengangkut penumpang ke Nusa Penida melalui Pantai Sanur. Waktu perjalanan dengan fast boat dari Sanur lebih singkat, sekitar 45 menit. Oleh karena itu, jadwal pulang pergi dengan fast boat lebih banyak, sampai 3 kali sehari. Pagi, siang dan sore, dengan biaya Rp.75.000 sekali perjalanan. Namun bila kita memakai fast boat, kita tidak bisa mengangkut motor atau mobil seperti fery. Tapi tenang saja, begitu sampai di pelabuhan yang ada di Desa Batu Nunggul atau Ped, ada banyak motor yang bisa kita sewa selama menjelajah Nusa Penida.

-       Nah, setelah sampai di Nusa Penida, transportasi yang kita pakai adalah motor. Sebenarnya disana juga tersedia rental mobil, namun perjalanan akan lebih praktis bila memakai motor, karena lebar jalan di Nusa Penida tidak besar. Hanya sekitar 4-5 meter. Jalannya juga masih berbatu, tidak banyak jalan yang sudah diaspal. Dan ketika kita menuju tempat wisata nantinya, medan yang akan kita lalui berupa tanjakan dan turunan. Selain itu, menggunakan motor juga lebih murah.

-       Oh iya, berkenaan dengan motor, kita juga akan memerlukan bensin. Karena Nusa Penida merupakan pulau kecil, pasokan bensin yang masuk terjadwal. Sekitar seminggu sekali. Di hari-hari biasa terdapat banyak warung yang menjual eceran, namun tetap saja terkadang sering habis sebelum jadwal kedatangan bensin dari Bali. Ini juga harus kita perhatikan nantinya sesampai di Nusa Penida.

-       Selain bensin, kita juga harus memperhatikan kesiapan kendaraan. Seperti yang aku bilang tadi, medan yang akan kita lalui bisa berupa bebatuan. Oleh karena itu setiap rental motor kita bisa tanya bagaimana prosesnya bila di tengah jalan ban motor kita bocor atau mogok. Sekedar informasi, Nusa Penida itu masih sepi. Paling banyak warga berada di kota atau daerah pesisir pantai. Dan daerah yang akan kita kunjungi nantinya tidak jarang yang berada di pelosok. Jadi sangat penting untuk menanyakan kontak yang bisa kita hubungi saat kita tidak bisa menemukan bengkel atau tukang tempel ban.

2.      Perlengkapan

-       Berhubung kendaraan yang kita gunakan adalah motor, ada baiknya kita membawa helm. Memang, di Nusa Penida nanti kita tidak akan menemukan polisi lalu lintas yang akan menilang kamu ketika ketahuan tidak pakai helm, tapi tetap saja keamanan yang utama kan?

-       Topi, masker, kacamata. Tiga hal ini sangat penting, terutama ketika berkendara apalagi saat tidak memakai helm. Menurut pengamatanku sendiri, keadaan Nusa Penida seperti daerah bukit Jimbaran yang ada di Bali. Pada saat bulan Agustus kemarin, daerahnya gersang dan panas. Banyak debu ketika berkendara, sehingga topi dan masker penting. Selain untuk berkendara, kacamata hitam  juga bisa dibuat untuk gaya. Jadi jangan lupa membawa kacamata favoritmu.

-       Bagi kamu yang takut kulitnya hitam, kamu bisa membawa jaket atau baju tangan panjang. Tapi untuk yang suka kulit eksotis, aku rasa tidak perlu. Banyak kok bule disana yang bahkan hanya memakai tank top dan celana pendek ditengah teriknya matahari. Di Nusa Penida kita akan banyak mengunjungi pantai dan laut, jadi jangan lupa juga untuk membawa baju renang mu yaa..

-       Selanjutnya adalah uang. Pengeluaran di Nusa Penida untuk berkunjung ke tempat wisatanya tidak terlalu mahal. Hanya beberapa tempat yang dikenai biaya, selebihnya kamu bebas untuk masuk. Namun bila ingin melakukan kegiatan seperti snorkling ataupun diving, kamu akan dikenai biaya. Untuk penginapan, kamu bisa bebas memilih sesuai harga yang ditawarkan. Harga berkisar dari Rp. 60.000 - Rp.300.000an keatas per-malamnya. Untuk harga makanan juga tidak terlalu mahal. Tenang saja, aku juga akan mengajak kalian semua untuk mencoba makanan khas di daerah ini.

-       Satu lagi yang tidak boleh lupa dibawa adalah alat untuk mengabadikan moment, apalagi kalau bukan kamera beserta segala perlengkapannya. Kamera HP, SLR, GoPro, tongsis, lensa fisheye, tripod, handycam, apapun itu jangan lupa dibawa untuk mengabadikan keindahan alam yang akan kita kunjungi nanti.

Liburan di Nusa Penida bisa dikatakan seperti petualangan. Jalan yang menanjak dan berbatu, bukit gersang, matahari yang terik, tapi itu semua menarik bagi yang punya jiwa petualang. Pulau kecil yang terbatas, tidak ada KFC, Mcd apalagi Pizza Hut. Tidak ada mall apalagi bioskop 21. Tapi semua hal itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keindahan alam yang akan kita nikmati nantinya. YUK BERANGKAAT!! Lihat perjalanan selanjutnya disini,
Share:
Read More
,

Kamu, Si Gadis Bunga Desember



source : google.com
Sore itu angin berhembus kencang, menghantarkan hawa dingin ke sekujur tubuhku. Dengan refleks, ku rapatkan jaket yang sudah menemaniku dari semalam. 30 November 2014. Minggu sore yang sejuk. Jam tangan ku menunjukkan pukul 4. Aku dan dua orang teman ku baru saja selesai membereskan tenda dan perlengkapan lain yang kami gunakan untuk bermalam. Aku melihat sekelilingku, memastikan tidak ada barang yang tertinggal, terutama sampah. Sudah begitu luar biasa keindahan yang diberikan semesta. Mengotorinya bukanlah salah satu bentuk ucapan terimakasih kepada padang rumput di tepi danau Buyan yang kami gunakan sebagai tempat kemah selama dua hari satu malam ini.

Untuk merefresh pikiran setelah satu semester dicekoki dengan mata kuliah dan tugas, aku dan teman-temanku memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan dengan kemah di area perkemahan Danau Buyan. Lokasinya yang terletak di daerah Bedugul -daerah dataran tinggi- membuat area ini memiliki iklim yang sejuk. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari Denpasar, hanya 2 jam dengan mengendarai mobil. Area ini menawarkan pengalaman kemah dengan view danau Buyan. Tidak heran banyak anak muda yang menghabiskan weekendnya sama sepertiku, mungkin juga seperti kamu. Bangun tenda, ngobrol, main gitar, tertawa, ngemil, minum, memandangi bintang ditemani dengan sebuah lampu baterai kecil.

Aku melihat sekelilingku sekali lagi. Kali ini benar-benar melihat ke sekeliling sambil berjalan kearah mobil yang akan membawa ku pulang ke Denpasar. Aku memegang sebuah buku, hanya kebiasaan. Kalau-kalau keadaan memaksaku untuk menunggu. Aku memperhatikan beberapa kelompok anak muda yang juga sedang membongkar tendanya. Ada 4 tenda yang berdiri di area ini sepanjang malam, dan aku belum menyadari kalau salah satu dari tenda itu adalah tenda mu. Akhir pekan telah usai. Aku selalu bertanya-tanya kenapa hari Minggu dan hari Senin itu jaraknya dekat sekali, tetapi hari Senin dan hari Minggu jaraknya jauh berhari-hari. Mungkin itulah alasan orang untuk membenci dan mengutuki hari Senin. Tapi tidak untukku. Aku yakin aku tidak akan membenci hari Senin, karena besok sudah memasuki masa minggu tenang. Libur. Seminggu. Seharusnya kupakai untuk belajar mempersiapkan UAS, tapi sepertinya belanja buku dan tenggelam didalamnya lebih seru. Aan Mansyur, Robert Galbraight, Haruki Murakami atau Dan Bro...

"ADUUHH!" sebuah tabrakan keras menyadarkan ku dari lamunan tentang buku apa yang akan aku beli nantinya, diikuti suara seorang gadis yang jatuh dihadapan ku. Suaramu. Seorang gadis manis. Kamu memakai jeans dan jaket tebal yang membungkus tubuh mungilmu. Rambutmu digerai dengan poni rata menutupi dahi. Diatas kepalamu terdapat sebuah topi kupluk merah jambu menyerupai bola berbulu tebal, bukan berbahan rajut seperti topi kupluk kebanyakan, melainkan berbahan ratusan atau ribuan benang pendek berwarna merah jambu cerah yang mencuat seperti...

"Bunga Desember.." kata ku pelan saat melihatmu pertama kali.

"Duuuhh, bukannya dibantu malah ngeliatin. Apa lo bilang tadi?" Kamu mengaduh lagi sambil membersihkan tanah dan rumput yang menempel di jaketmu. Dari aksenmu aku mengira mungkin kamu berasal dari Jakarta.

"Eeehh.. Maaf, maaf.." Jawabku, tak sadar kamu sudah bangun sendiri. Mungil sekali. Tinggi mu hanya setinggi lenganku. Pantas saja saat bertabrakan kamu sampai jatuh tapi aku tidak kenapa-kenapa. Pada saat itu aku berfikir mungkin wajah mu hanya sebesar telapak tanganku.

"Nih, buku lo" kamu berkata singkat, memberikan bukuku yang kamu pungut, lalu pergi begitu saja. Saat itu aku menyesal tak langsung menanyakan namamu atau asalmu. Gadis Bunga Desember, aku menyebut mu begitu.

"Woii, liat apa? Melamun khe ya? Awas kesambet leak khe." Wayan menyadarkan ku dengan logat khasnya. Temanku yang satu ini memang asli orang Bali.

"Cepat kau Gir, aku mau ketemu lagi sama cewekku nih! Udah nunggu dia di Denpasar." Danu nimbrung. Kalau yang ini asli orang Medan. Merantau ke Bali hanya untuk kuliah.

"Iya..iyaa.." Jawabku cepat sambil berjalan ke mobil. "Udah semua nih? Gak ada yang ketinggalan kan?"

"Udah. Tancap lae!" Jawab Danu.

Aku menghidupkan mobil dan kembali melihat sekeliling. Melihat kamu yang masih sibuk membereskan tenda, tertawa dengan teman-teman mu. Kemudian menginjak gas dan berjalan menjauh. Masih terus memikirkan mu, ingatanku kembali ke masa lampau, bertahun-tahun lalu. Masih jelas di ingatanku, seperti scene salah satu film yang diulang kembali.

Waktu itu ada Ibu, aku dan bunga. Ibu adalah orang yang paling suka bunga yang pernah aku temui. Papa sampai membuatkannya taman kecil untuk tanaman hias koleksinya. Paling banyak tanaman anggrek. Ada yang digantung, ada yang ditaruh dalam pot. Namun yang paling menarik perhatianku adalah salah satu pot yang tidak ada tanamannya.

"Bu, kenapa pot yang itu tidak ada tanamannya?" aku penasaran.

"Ada anakku, tapi sekarang dia belum muncul. Namanya Bunga Desember. Dia akan berbunga saat musim hujan tiba. Karena curah hujan umumnya makin tinggi saat bulan Desember, bunganya pun mulai tumbuh saat bulan Desember. Di dalam tanah yang ada di pot itu, ada umbi yang akan tumbuh dan berbunga." Saat itu, Ibu menjelaskan sambil menyirami beberapa tanamannya.

Penjelasan Ibu membuatku makin penasaran. Sudah beberapa Desember terlewati dalam hidupku, tapi aku tak pernah menaruh perhatian sedikitpun kepada bunga Desember. Tidak pernah melihat bentuk dan warnanya seperti apa. Sejak saat itu aku menanti tumbuhnya bunga Desember. Dua bulan lagi, pikirku.

Memasuki akhir November, aku semakin sering mengunjungi taman kecil Ibu. Melihat bagaimana umbi bunga Desember muncul sedikit demi sedikit. Lalu ketika bulan Desember dan musim penghujan tiba, sedikit demi sedikit tunasnya mulai muncul. Diikuti kelopak bunga yang mulai tumbuh dan akhirnya mekar. Bunga Desember cantik sekali. Bunganya berbentuk payung dan berkoloni membentuk bola. Ada warna kuning di ujungnya. Seperti luncuran kembang api saat tahun baru.

Namun selagi aku sibuk mengamati dan mengagumi bunga Desember ditengah derasnya hujan di luar sana, sesuatu yang tidak pernah aku inginkan terjadi. Aku mendengar pecahan piring bersamaan dengan bentakan Ayah, lalu disusul tangisan Ibu. Makin hari makin menjadi. Bahkan sesudah bunga Desember layu dan menghilang pun -ternyata bunga ini hanya mekar selama beberapa hari-, mereka tetap bertengkar. Aku tidak mengerti, yang ku tahu keesokan harinya Ayah pergi dan tidak pulang lagi kerumah. Lalu aku diantar ke rumah Nenek oleh Ibu. Ibu menangis didepanku, mengusap kepalaku dengan sayang, kemudian pergi. Sampai sekarang tidak kembali.

Kamu tahu? Sejak saat itu aku menyesali keingintahuanku akan bunga Desember, sampai tadi aku bertemu dengan kamu, si gadis bunga Desember, untuk pertama kalinya.

*****

"Hei! Lo yang kemaren nabrak gue di Buyan kan?" seseorang mengejutkanku. Saat itu aku sedang menghabiskan waktu sore ku di cafe kecil yang ada di daerah Renon, membaca buku kumpulan puisinya Aan Mansyur yang belum selesai ku baca sejak sebulan yang lalu. 1 Desember 2014. Di luar sedang hujan deras. Sudah mulai memasuki musim penghujan. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat kamu, si gadis bunga Desember.

"Ehh.. kamu bung.. ehh.. iya, kamu yang semalam aku tabrak. Hai." Jawabku kaget. Saat itu aku sangat berterimakasih kepada semesta karena kembali mempertemukan aku dengan mu.

"Boleh sharing gak mejanya? Cuma di tempat duduk ini aja yang ada colokannya. Buat laptop." Katamu sambil menunjukkan ransel dibelakangmu.

"Iya boleh, duduk aja" Jawabku, masih tak percaya kamu muncul dihadapanku. Topi kupluk merah jambu itu tidak lagi bertengger diatas kepalamu. Rambutmu diikat keatas tidak terlalu tinggi, jelas memperlihatkan bentuk mukamu. Rahangmu. Pipimu. Matamu. Kali ini kacamata dengan frame hitam menghiasi wajahmu. Manis.

"Makasih ya.. Aku Tara, kamu?" Lo-gue berganti menjadi aku-kamu, mungkin kamu ingin menghargaiku yang tidak biasa ber-lo-gue sama sekali. Segera aku sambut uluran tangan mu dengan senang hati.

"Giri." Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darimu. Kamu duduk, memasang kabel pengisi baterai dan mulai membuka laptopmu. Tergesa-gesa. "Diburu deadline ya?"

"Ehh.. Iya nih.. Harus nyetor kerjaan gambar sebelum jam 6 sore. Via email sih" jawabmu.

"Kerja apa?"

"Nggak kerja sih, freelance aja. Masih kuliah soalnya di Unud." Sesekali kamu membetulkan kacamatamu yang merosot dengan jari telunjuk.

"Oh ya? Aku juga kuliah di Unud. Teknik Mesin. Kamu?"

"Aku ambil Teknik Arsitektur. Kok ga pernah lihat kamu ya?"

"Iya.. Aku juga belum pernah tahu kamu sebelumnya. Padahal gedung kita sebelah-sebelahan." Aku langsung mengutuki diriku yang selalu langsung meninggalkan kampus seusai kuliah. "Kamu.. mirip bunga desember ya?" Lanjutku. Percayalah, ketika kamu tertarik dengan seseorang, kamu tidak akan mengira kata-kata apa yang bisa keluar dari mulutmu.

"Bunga Desember?" Kamu memiringkan kepalamu sedikit ke kiri ketika ingin tahu.

"Iya, bunga yang muncul saat musim penghujan tiba. Biasanya berbunga di bulan Desember. Bunganya cantik. Kamu juga cantik." Gombalan terkonyol yang pernah aku lakukan. Sial.

"Hahaha.." Kamu tertawa mendengar penjelasanku. Suara tawamu renyah. "Kamu aneh. Anak Teknik Mesin, badan tinggi tegap, rambut gondrong, tapi penyuka bunga dan bacaannya Aan Masyur." Kamu melirik kecil kearah buku yang ada ditanganku. "Di kafe, sendirian pula. Seharusnya kamu itu dengerin music hardcore, pake baju hitam-hitam, nongkrong sama teman-teman mu dan gombalin cewek-cewek kekinian."

"Wow.. woow.. Begitukah kalian para wanita menilai seorang anak Teknik Mesin?" Aku membela diri yang dibalas dengan suara tawamu sambil mengangkat bahu. Sore itu hujan masih jatuh dengan derasnya, langit kelabu dan jalanan sepi. Tapi satu yang aku sadari, aku telah jatuh hati kepada seorang gadis dihadapanku. Kepada kamu, si gadis bunga Desember.

****

Begitulah pertemuan kedua kita yang sampai sekarang masih ku ingat. Sudah enam hari berlalu. Aku masih bisa merasakan renyah tawa mu, cara mu membetulkan letak kacamatamu atau kepalamu yang kamu miringkan sedikit ke kiri ketika rasa ingin tahumu datang. Aku senang ketika kita bersepakat untuk saling bertukar kontak dan semakin dekat dari hari ke hari. Aku bersyukur kepada semesta yang seakan-akan mengerti perasaan ku kepadamu. Aku tahu, akan terlalu cepat untuk mu jika aku terus terang tentang perasaan ku. Bahkan untuk bertanya bahwa kamu sudah punya kekasih saja aku merasa tidak berhak. Sampai kemarin lusa, ketika kamu mengiyakan ajakan ku untuk sarapan bersama di warung dekat kosan mu. Kamu bilang bahwa kamu penasaran dengan bentuk bunga Desember yang selalu aku bahas bila bersama dengan mu. Katamu kamu sudah mencoba mencari tahu di internet, tapi tetap saja ada yang kurang bila tidak melihat langsung.

Maka disinilah aku, tujuh hari sejak pertemuan pertama kita di tepi danau Buyan. Aku memegang pot kecil berisikan bunga Desember yang sedang berbunga. Warnanya merah jambu, bunganya seperti bola berbulu dan terdapat warna kuning di ujungnya. Aku menunggu mu pulang, entah dari mana, di beranda kos mu. Diluar hujan deras. Aku menyesali kedatanganku yang tiba-tiba. Seharusnya aku menghubungi mu terlebih dahulu.

Satu jam.. Satu setengah jam.. Dua jam berlalu.

Hujan sudah reda, namun mendung masih menyelimuti langit. Tiba-tiba aku mendengar suara dari arah gerbang. Suara tawamu yang renyah, diikuti oleh suara tawa seorang pria. Cukup jelas terlihat dari atas sini, dari beranda kos mu yang terletak di lantai 2. Cukup jelas terihat bagaimana pria itu menatapmu, memelukmu dan mencium keningmu. Cukup jelas terlihat bagaimana bahasa tubuhmu yang malu-malu dan rona merah diwajahmu. Cukup jelas terlihat topi kupluk merah jambu yang kembali bertengger di kepalamu, mungkin untuk menghangatkanmu dari dinginnya musim hujan seperti ini. Aku hanya bisa panik dan bersembunyi ketika kamu mulai melangkah menuju kamar mu. Melihatmu memutar kunci, membuka pintu lalu masuk dan menghilang.

Seperti seorang pengecut, aku tinggalkan bunga Desember di depan pintu kamarmu. Berharap pemberianku mampu meredakan rasa ingin tahumu. Tapi kamu tahu? Kamu mirip sekali dengan bunga Desember. Semula tidak ada, lalu tiba-tiba muncul dihidupku pada musim penghujan. Mungil, kecil, namun selalu ditunggu. Mempunyai mahkota bola merah jambu, seperti bunga Desember yang sedang mekar. Membuat riang setiap orang yang melihatmu, seperti bentuk bunga Desember yang menyerupai luncuran kembang api pada saat tahun baru. Menjadi penyembuhku disaat aku merindukan Ayah dan Ibu, seperti khasiat bunga Desember yang mampu menjadi penyembuh luka. Sekarang pun, kamu sama seperti bunga Desember. Hanya berkembang segar selama tujuh hari lalu layu dan menghilang.

Dan kamu tahu? Untuk kedua kalinya, aku menyesali keingintahuanku akan bunga Desember. Selamat tinggal kamu, si Gadis bunga Desember.


Januari, 2016

Share:
Read More